Assalamu’alaikum..wr…wb…
Haii…hai… saya kembali lagi nih…*nyepam blog…hhhhaaa
Hitung-hitung update
blog biar nggak buluk-buluk banget.
Kali ini saya mau review
tentang liburan akhir tahun 2016 saya..
Alhamdulillah ya bisa liburan kayak yang lain..hhhaa
Sebelumnya, kenapa sih saya niat banget buat nulis review liburan ini?
Niatnya bukan buat pamer, tapi
ingin membuat ‘sesuatu’ yang bisa diingat. Berharap saat membaca kembali
tulisan ini, saya akan selalu ingat bahwa Allah telah menganugerahkan sesuatu
yang sangat berharga kepada saya, salah satunya yaitu sebuah persahabatan yang
sangat indah. Walaupun ‘ingatan’ yang indah bakalan tersimpan di hati, tapi
kadang kita butuh ‘bukti’ untuk selalu mengingatkannya.
Saya memang masih belajar dalam hal
menulis, jadi untuk tulisan formatnya ‘mana suka’. Apapun format tulisannya,
tapi sepertinya saya memang masih lebih ‘nyaman’ untuk menuliskan daripada
untuk ‘mengungkapkan’ langsung. Bukan berarti saya ndak suka untuk ‘berbicara’,
tapi mungkin ini yang dimaksud dengan salah satu sifat dari seseorang yang
berkepribadian introvert. Ah sudahlah, apapun itu, saya tetap mau menuliskannya
di blog ini, agar semua tahu bahwa “Aku bahagia memiliki kesempatan untuk
bertemu, bersama, dan bersahabat dengan kalian, Elia, dan Rohmah”. “Terimakasih
atas semua kenangan yang kita lalui bersama”.
*Btw, nggak tahu kenapa gw nulis
ini sembari mendengarkan beberapa list
lagu yang menemani malam-malam terakhir kemarin saat trip.
Liburan kali ini, saya
berkesempatan berlibur bersama sahabat saya.. bertiga aja kita..
Uni (read:saya), Elia, dan Rohmah. Ini adalah trip
pertama kita. Tripnya hanya bertiga, ber-ti-ga.
Soalnya, ibu mau ikut, tapi nggak boleh,,hhaa (ibu
ketagihan setelah sekali diajak trip ke Jogja).
Trip kita kali ini adalah ke salah satu kota (read:village) di Jawa Tengah. Bukan ke
Jogja, tapinya ke.. Sa-la-ti-ga. Yupz…. Ke kota Salatiga. Hayooo…pada tahu
nggak, di mana letak kota Salatiga itu..
Sok atuh buka google mapsnya..
Kota salatiga itu ada di tengah-tengah Provinsi Jawa
Tengah, di utara Jogja, di selatan Semarang ya kalau nggak salah.. *mending
buka peta deh..hhhaaa
Sebelum kita deal buat trip ke Salatiga. Udah diwanti-wanti nih sama yang punya
kampung (read:Rohmah). “Inget ya, di
sana masih desa, gak ada ind*mart atau alf*mart”. Kenapa tempat belanja itu
yang di-te-kan-kan? Soale kita-kita
masih suka ngemil dan jajan dan hal itu nggak bisa lepas dari si toko-toko
swalayan itu,,hhhaa
“Oke,, kita bisa kok beradaptasi dengan lingkungan di
sana”. Weeiitt… sapa nih yang pede, 0.o
Kita deal buat trip ke sana. Diadakanlah sebuah pertemuan yang alih-alih
ada bazar buku Gram*dia di Mall Gr*nd Metropolit*an Bekasi. Sayang, bazarnya
nggak segede kayak yang ada di ekspektasi kita. Tak apeu lah,, dapat beberapa buku murah juga kok. Lanjut makan dan
ngomongin tindak lanjut dari deal or no
deal kita. Dimulai dengan memesan tiket buat ke sana. Kita memilih untuk
menggunakan moda transportasi kereta api. Tak-tik-tuk, tengok KTP,
tat-tit-tut.. pencet-pencet, pilih-pilih, bayar online.. *wah,, gampang ya cara
pesan tiket keretanya.. J
Okey, tiket berangkat sudah dipesan, trus tiket
pulang? “Ah, gampang, besok aja di sana kita omongin”
One day
before, we have a meet again. “eh, tiket kereta tanggal dua
udah abis”. ‘Sedikit panik’. “wes, rapopo, tanggal tiga masih ada nih, setuju
nggak?” setelah semua setuju, pesanlah tiket pulang tanggal tiga dengan kereta
yang sama, yaitu “Tawang Jaya”. Planning berikutnya
adalah, “mau ngapain aja di sana”. Kebetulan ada boyfriendnya Rohmah yang orang asli Salatiga, mulailah dia
mempromosikan tempat-tempat yang ceritanya layak buat dikunjungi.
Bla-bla-bla,,,ok sip. Kita planning-planning tempat.
Yippy…. And then, tibalah si hari, di mana kita bakalan mulai trip ini, 3
Desember 2016. Karena kereta kita jam sebelas malam, Rohmah janjian buat
ketemuan di Stasiun Pasar Senen aja. Sedangkan diriku dan mamie berangkat
sama-sama dari Stasiun Bekasi. Dengan alibi “nggak tahu” musti ketemuan di
Stasiun Bekasi ‘sebelah mana’, akhirnya mamie diantar sama abang Grabbike ke
Pondok Ungu. Wow banget itu abang Grab dari ujung Bekasi Selatan ke Bekasi
Utara.. angkat topi deh kita.. #makasih banget lho mamie, mau mampir ke rumahku
dulu, jauh-jauh, berpanas-panas ria, bertepos-tepos musti duduk di jok motor,
sejauh itu,, love you so much deh mi…
*singkat cerita, kita berangkat
dari rumahku naik angkot. Ngirit aja, toh masih banyak waktu,,hhhee
Menujulah kita ke stasiun Pasar
Senen di mana Rohmah and her boyfriend
were waiting for us. Sebelum berangkat kita makan bekal yang sudah Ibu
siapkan sebelumnya. Memang orangtua itu sudah banyak pengalaman dan tahu kalau
anaknya bakalan kelaparan tetiba di Senen. Marilah kita makan dulu, ya
nggak,,hhee.
Jam sepuluh kita siap-siap buat
antri pemeriksaan tiket.
Bye-bye
Jegardah….*kibas-kibas tangan…
#eits ada yang adegan kayak di
sinetron gitu, dadah-dadahan di depan stasiun, cuma nggak sempat kefoto
aja,,hhhiiii #piss ah.. aku bahagia bila sahabatku bahagia.. J
Daaan.. kita akhirnya duduk manis
di dalam kereta. #ya yang namanya di dalam kereta ekonomi Indonesia gimana sih,
ya adalah pegel-pegel kaki. Perjalanan kereta kurang lebih tujuh jam. Dari
melek, tidur, kebangun, ke wc, tidur lagi, *gitu aja terus,hhee
Jam enam kurang sedikit, kita sampailah di Stasiun Semarang Poncol, pemberhentian terakhir kereta Tawang Jaya. Sebuah stasiun yang sepertinya dikhususkan untuk pemberangkatan atau pemberhentian kereta-kereta ekonomi. Soalnya kalau kereta-kereta yang eksekutif atau bisnis, pemberangkatan atau pemberhentian di kota Semarang adanya di Stasiun Semarang Tawang. Not bad lah walaupun dikatakan sebagai kereta kelas ekonomi. Menurut saya better than Bus, because we don’t met the traffic jam, hhhaa, iyalah, moso’ kereta ada macet.
Tetiba di Semarang, kebiasaan pagi
hari orang Indonesah.. sa-ra-pan.. keluar stasiun, tengok ke kiri, kita akan
menemukan sebuah warung soto. Sangat lumayan buat isi perut. Sedikit saran dari
yang katanya orang jawa, kalau mau makan, pesanlah menggunakan Basa Jawa.
Katanya sih biar nggak dimahalin. *maaf ya sedikit rasis ini pembicaraannya,
hhhaaa.
Pelajaran buat saya juga, buat belajar speaking Bahasa Jawa yang baik dan benar
nih.
Mumpung masih di Semarang, kita
jalan-jalan yuk…*beneran jalan-jalan, alias jalan kaki,,hhaa
Kalau kata google, ada objek wisata dekat Stasiun yang bisa ditempuh dengan
jalan kaki. Yup, ada Lawang Sewu dan di sekitarnya ada Meseum Mandala Bhakti
dan Tugu Muda. Kalau kata Google Maps,
jaraknya sekitar 20 menit kalau berjalan kaki. Well, karena kita jalan kakinya sangat santai dan foto-foto dulu,
alhasil setengah jam lebih kita jalan kaki untuk sampai di sekitaran Lawang
Sewu.
Sembari menunggu Lawang Sewu buka,
kita duduk-duduk dulu, ya walaupun ‘kayak anak ilang’, belum take a bath, nggak apalah, kapan lagi
menikmati suasana Semarang di pagi hari, yang tidak terlalu ramai, sama kalian
lagi. Aaahhh,, aku pasti akan merindukan moment-moment ini.
Di dalam Lawang Sewu terdapat
museum kereta api juga toh, kirain mah cuma deretan pintu-pintu aja.
Menjelang siang hari, kita pun
sepakat untuk ‘pulang’ ke Salatiga. Maksudnya berangkat ke Salatiga. Kita naik
mini bus, kalau di Jakarta seperti Metr*mini lah. Dari Semarang ke Salatiga
(sampai terminal Tingkir) ongkosnya itu limabelas ribu. Ini tarik menggunakan
Bahasa Jawa, hhaa.. soalnya abangnya bilang kalau orang lain mah bisa dua liam
ke atas. Okelah, saya akui orang-orang Indonesia itu masih menganut sistem
‘nepotisme’ hhaa..
Perjalanan sekitar dua jam.
Sebenarnya cukup lelah, tapi prinsip ngetrip itu “nikmati saja perjalannya”.
Pemandangannya cukup bagus, untuk di daerah Semarang beberapa kali melewati
pinggiran daerah pantai, lanjut ke arah Salatiga mulai pemandangan pegunungan
hijau. Benar-benar cuci mata lah (sekali-kali cuci matanya lihat yang
hijau-hijau, jangan melulu cuci mata lihat diskonan Mall,,hhhii).
Tiba di Terminal Tingkir, kita
perjalanan ke rumah neneknya Rohmah (tempat kita bakalan ‘numpang’ selama di
Salatiga). Terimakasih untuk omnya Rohmah yang bersedia jemput kita. Perjalanan
naik sepeda motor selama kurang lebih setengah jam. Daan… lagi-lagi pemandangan
di sepanjang perjalanan, dihiasi dengan pemandangan pegunungan, sawah berundak,
pohon-pohon, dan ada pengerjaan pintu keluar jalan tol Salatiga.
Tiba di rumah neneknya Rohmah, kita
istirahat. Makasih banyak untuk nenek dan kakeknya Rohmah, sudah mau direpotin
sama teman cucunya, hhee. Di rumah, kita banyak makan dan minum wedang teh. ßpart ini bakalan diingat terus
lho,,when someone says that, “mau minum apa?” “jeruk aja, jangan teh”… hhaa…
Night is
coming. Time to sleep. Say sorry if….. bla-bla-bla…..*sensor ah…
(nafas ‘berdendang’ karena suhu yang dingin)
Second day at Salatiga. Kita berencana untuk
menjelajah tempat wisata di sekitar Salatiga. Kita dapat sewaan mobil, biar
lebih mudah aksesnya kalau ada kendaraan sendiri dibandingkan dengan naik
transportasi umum. ‘supir’ kita hari ini adalah Rohmah, soalnya cuma dia yang
sudah bisa mengendarai mobil. Kita mah apa atuh, bisa ngendarain mobil-mobilan
aja suka nabrak. Hari ini kita juga didampingi sama omnya Rohmah, Om Widd.
Destinasi pertama adalah ke Museum
Kereta Api Ambarawa. Karena nggak ngajak Ikhsan yang notabene suka banget sama
yang namanya kereta, makannya dibuatin video dan foto-fotonya aja ya San. Kapan-kapan
kita ke sini ya,,
Harapannya ke Museum Kereta Api,
bisa naik kereta betulannya, tetapi mungkin karena waktu cuaca kurang mendukung
jadi tidak ada pemberangkatan kereta. Padahal pingin banget naik kereta lomotif
uap yang jadul itu. Yasudahlah kita nikmatin saja, toh masih bisa foto-foto di
stasiun dan kereta-keretanya.
Next
destination adalah makan siang. Rohmah ngejanjiin buat makan bebek yang
uenak dan murah boss… kalau nggak salah namanya Bebek ABC. Bener lho, bebeknya
itu besar, potongan setengah bebek memenuhi satu mangkok. Ditambah nasi panas
dan secobek sambal serta lalapan. Muanteb deh, sampai nggak habis saya, hhaa.
Untuk harga, sekali lagi disarankan nganggo
boso jowo,,hhaa. Piss ah…
Selesai makan, dilanjut buat
cari-cari kain batik. Katanya penjahit
kenalannya Mamie, ada salah satu toko Batik murah di Salatiga, namanya Benang
Raja. Di cari tempatnya katanya dekat Ramayana Jalan Jenderal Sudirman, tetapi
belum ketemu, alhasil belanja ke pasarnya saja dulu mumpung ada di pasar. Sempat
meter-muter karena belum ketemu pasar sayurnya. Setelah berjalan mengitari
pasar dan pertokoan, ketemulah tempat pasar khusus sayurannya. Kita beli
kangkung, tempe, bawang, dan tomat. Jujur, sempat bingung karena memang ndak
ada kulkas di rumah mbah. Jadi kalau beli sayur atau bahan masakan lain nggak
bisa beli banyak dan sepertinya harus dimasak hari itu juga karena bahan
masakan nggak bisa disimpan lama.
Selesai belanja sayur, lanjut
mencari lokasi toko Benang Raja. Alhamdulillah ketemu, salah satunya berkat
nanya si google. Mulailah
“dipilih-dipilih”.. ya, ada rupa ada harga, tapi lumayanlah buat ‘punya-punya’
kain batik. Karena sesungguhnya kain batik tulis yang bagus kualitasnya,
harganya juga “bagus”. Tapi tetaplah cintai produk dalam negeri. Dari perjalanan
ini, jadi belajar sedikit tentang nama-nama motif batik yang sangat “kaya” itu,
bahannya bagaimana, belum lagi model pakaian batik yang sudah sangat beragam.
Saran dari ibu, kalau mau cari batik, carilah yang motifnya kecil-kecil, for
example motif Sidomukti. *taunya itu aja.
Selesai pilah-pilih, dilanjut untuk
silaturahim ke rumah dua tante dan omnya Rohmah yang lain. Alhamdulillah masih
di sekitaran Salatiga juga, jadi nggak jauh perjalanannya *mengingat waktu yang
sudah menjelang malam.
Selesai di kedua tempat, kita masih
mau menjelajah kota ini, alhasil kita mampir di alun-alun Pancasila (bener
nggak ya, agak lupa namanya). Sekali kelilingi lapangan alun-alun dengan mobil
sepeda, yang pakai hiasan lampu warna-warni itu. Cukup dengan tarif lima belas
ribu.
Gowes teruuusss!!! Semangat
kawaaaan!!!
Kegiatan hari ini diakhiri dengan
minum wedang, bukan wedang teh, tetapi wedang ronde. Kalau di Jakarta itu mirip
sekoteng tapi tanpa roti dan mutiara ya..
harga murmer, lima ribu saja lah. Rasa wedangnya hangat karena berbahan
dasar jahe. Hangatnya bikin perut ‘nyaman’. Senyaman aku berada di dekat
kalian. Thanks girls for today.
Hari ketiga kita stay di rumah
saja. “Menikmati” suasana di desa. Alhamdulillah hari ini cuacanya cukup cerah.
Pagi hari kita ada cooking class,
masak di pawon (sebutan dapur dalam Bahasa Jawa). Pawon di daerah ini sedikit
berbeda dengan pawon di daerah kampungku (di Purworejo). Karena pawon terpisah
dari rumah inti. Jadi ada rumah pawon sendiri, dan tempatnya luas. Paling enak
itu bangun tidur terus ‘nongkrong’ di depan tungku. Uangetnya enak, soalnya
hawanya dingin. Hari ini kita ‘pinjam’ pawon si mbah, mau belajar masak.
Terutama saya yang nggak jago masak, hhee. Di antara kita, yang paling pinta
masak itu Mamie Elia. Jadi dia yang ngajarin kita. Dia fasih juga lho masak
dengan kompor tungku. Prok-prok buat Mamie.
Hari ini kita masak tumis kangkung
dan tempe goreng. Jujur saya ndak begitu suka sama tumis kangkung. Nggak tahu
kenapa, kalau makan itu kayak ‘kelolotan’ aja. *maaf ya kangkung. Tapi tetap
makan kok walau dikit, hhee. Tumis kangkungnya Mamie mah enak. Lah, tempe
gorengnya agak ‘sawo kematengan’ warnanya, hhaa. Nggak biasa pakai kompor
tungku *nyalahin alatnya,,hhaa .
Oke, nanti kita (read:aku)
belajar masak lagi ya. Maksudnya ajarin masak,,hhhee
Selesai nguprek di pawon, kita niat mau mencuci pakaian di sebuat tempat
yang ‘katanya’ khusus untuk tempat mencuci. ‘Katanya’ tempatnya ada di sungai
belakang rumah. Oke sip, kita siap-siap ke sana. Berjalan lewat rumah ‘Sugeng’
dan menyusuri jalan kecil dan mulailah menurun ke sawah. “Lho, mana? Kok nggak
ada? katanya turun ke bawah?”, Rohmah mulai bingung soalnya rasanya ada yang
‘berbeda’. Yowes, karena nggak ketemu, kita nyuci aja di rumah. Back home, dan
mulailah kucek-kucek dan jemur.
Kalau dipikir-pikir, kapan lagi
nyuci bareng-bareng begini, lucu juga kita ya walaupun ada part-part di mana
ada yang ‘agak “aneh”’. Tapi, sekali lagi, nikmati setiap kegiatan yang kita
lakukan, karena itu akan menjadi memori indah di esok hari.
Hari keempat, tanggal 1 Januari
2017. Wow, semalam kita tidur satu tahun di Salatiga. Semalam sama saja dengan
malam-malam yang lain. Yang berbeda adalah ‘kita masih bertigaan’, hhaa.
Oke, hari keempat, kita punya
kesempatan untuk jalan-jalan lagi. Dapat pinjaman motor dari omnya Rohmah.
Untuk hari ini, kita benar-benar pergi bertiga. Di awal perjalanan, kita foto
dulu di sawah (sesuai keinginan mamie).
Destinasi pertama adalah ke daerah
Kopeng. Jalan khas pegunungan yang menanjak dan berkelo-kelok. Dan…..
Waaahhhhh… pemandangannya oke banget. Kita bisa lihat beberapa gunung seperti
Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu.
Sampai di objek wisata Kopeng, kita
mau makan siang dulu. Mengiyakan tawaran makan sate kelinci. Awalnya sih agak
kasian sama kelincinya, kan mereka unyu banget. Tapi setelah dicoba, unyunya
luntur karena rasanya enak juga, mirip rasa daging ayam tetapi lebih lembut.
Maklumlah, kita kan makhluk pemakan segala, hhaa.
Lanjut mau sholat Dzuhur dulu. Kita
tanya ke petugas di tempat wisata itu. “Di dalam ada mbak musholanya”. Masuklah
kita ke tempat wisata itu dengan dikenakan biaya lima ribu perorang. Ternyata
itu adalah tempat wisata Curug Umbul Songo. Kenapa ‘ternyata’ ? karena tujuan
utama sebenarnya kita mau cari mushola. Ups, kita jalan naik trek seperti
pendakian rasanya. Badan ini kan nggak biasa, langsung lho berasa ‘capek’nya.
Sempat istirahat di depan air terjun. Dan Rohmah berbaik hati untuk naik ke
atas lagi untuk menemukan bangunan mushola yang petugas maksud.
Singkat cerita, sampailah kita ke
bangunan musholla yang dimaksud. Sebenarnya agak kecewa karena ternyata tanpa
harus masuk ke dalam objek wisata pun, melewati jalan utama malahan lebih
dekat. Sebenarnya ada sedikit accident di sini, tapi nggak usahlah ya
diceritain karena bukan saya yang ngalamin. *semoga kita selalu berada di dalam
lindungan Allah SWT, aamiin..
Karena ‘hal itu’, mood kita sudah
agak kurang enak. Terlebih untuk si ekstrovert kita. Dia ‘goyah’, yang lainnya
jadi ikut goyah moodnya. *apalah aku tanpamu hay sahabat ekstrovert..
Tinggallah berdua di introvert.
Naah.. di sini nih, kelemahannya kalau dua introvert komunikasi, kadang kurang
klop. Ngobrol sambil ngendarain motor, posisi pakai helm. Tambah-tambahlah
miscommunication.
Gini nih kira-kira: (*Duh,
gw cengar-cengir sendiri ini ngetiknya)
“Mah, kita cari tempat nongkrong yuk”
“Mau di mana?”
“Di mana aja, asal jangan langsung pulang”
“Oh, ok. Kita ke Tuntang ya”
Ikut lah gw di belakang Rohmah, soalnya nggak tahu
juga daerah sini, jadi nurut aja.
Di perjalanan kita terjebak macet. ‘Hilanglah’ Rohmah.
Diteleponlah Rohmah.
I : “Mah, di mana?”
R : “Gw di Goa Rong?”
I : “Hah? Apa? Blorong? Di mana itu?
R : “Goa Rong. Lo udah lewatin Rawa Pening? Gw
sebelum jembatan”
I : “Oh, kita belum lewatin jembatan”
R : “Yaudah lo maju lagi, gw ada di pinggir jalan”
Melajulah motor yang gw kendarain
bareng Mamie. Karena Mamie masih terlihat kurang mood, dia ikut aja. Dan mulai
bingung ini mau ke mana kok kayaknya jauh banget mau cari tempat nongkrong
(read:cafe).
Ketemu Rohmah lah kita, dan masuk
ke wilayah “Goa Rong”.
I : “Mi, ke Goa Rong ngapain ya?” “Emang tempat
nongkrongnya di sana? Kok jauh banget ya?”
E : “Nggak tahu Ni, kan lo yang ngomong sama Rohmah.”
I : “Wah, Nongkrong jadi Goa Rong?”
Ahhh… sudahlah, kita kok lucu
banget sih,,hhaaa. Ngakak lah kita sesampai di Goa Rong. Akhirnya kita
nongkrong di Goa Rong.
Numpang sholat Ashar, makan sosis bakar, beli kacang rebus, dan numpang foto-foto pastinya. Soalnya, mau naik ke objek wisatanya Goa Rong (melihat sunset) kayaknya jiwa dan raga udah nggak kuat. Perjalanan pulang, dan ditutup dengan makan bakso
Apapun yang telah kita lalui hari
ini, terimakasih untuk kalian. Kalian menerimaku apa adanya, baik dan buruknya.
Terimakasih sudah mau menerima kekonyolan saya apa adanya. Terimakasih kalian
sudah mau berada di sisi si introvert ini. Love
you because Allah.
Hari kelima. Hari ini Rohmah
mengantarkan kakek dan neneknya ke Rumah Sakit untuk membesuk kakeknya (yang
lain lagi) di RSUD Salatiga. Jadi, tinggallah gw sama Mamie tinggal berdua di
rumah. Eh, nngak deng, sama ayam-ayam juga. Kadang ‘ditengok’ Sugeng juga.
Eitt.. siapakah Sugeng itu? Dia itu tetangga neneknya Rohmah yang usianya sudah
tiga puluhan, dan dia menyandang tunagrahita berat. Sebenarnya kasihan lihat
dia, tinggal sendirian di rumah yang besar, tanpa listrik pula. Sepertinya dia
sedih saat kita-kita mau pulang ke Bekasi lagi. Dia masuk ke pekarangan rumah
dan melihat kita sudah siap pergi, bye-bye Sugeng.
Yups, di hari keenam, kita bergegas
pulang kembali ke Bekasi. Ahh… kangen seminggu ada di tempat lain. kangen ibu,
kangen Ikhsan, kangen kasur, *kangen kamar mandi di rumah juga, hhaa. Sebelum
pulang neneknya Rohmah terlihat memberi wejangan ke Rohmah. Kita ‘memberi’
waktu kepada mereka untuk interaksi, antara nenek dan cucunya, mengingat hari
ini kita mau pulang. Neneknya Rohmah baik banget, kita dikasih oleh-oleh
makanan khas sana. Namanya lempeng, seperti opak. Itu buatan nenek Rohmah
sendiri lho. Makasih banyak, maaf merepotkan. Terimakasih telah diterima di
rumah nenek selama seminggu ini.
Perjalanan pulang kita mulai dengan
diantar ke Terminal Tingkir naik sepeda motor. Kita berangkat dari rumah jam
Sembilan pagi dengan estimasi sampai Semarang jam dua belas siang. Dari TIngkir
kita naik mini bus dan sampai Stasiun Semarang Poncol sesuai perkiraan. Sholat
Dzuhur dulu dan makan siang. You know? Makan siangnya di tempat kita makan di
hari pertama. Makan soto.
Jam satu kita check in Stasiun. Sempat nunggu kereta
Tawang Jaya, karena belum ada di stasiun. Di sela-sela nunggu, kita ketemu lagi
sama seorang ibu-ibu yang duduk di samping kita waktu di kereta
Jakarta-Semarang. Setelah kereta datang, kita harus berjalan ke gerbong kedua
dari belakang, gerbong tiga belas. Agak capek sih jalannya, mengingat barang
bawaan yang nggak sedikit.
Tapi, rasa capek itu hilang.
Tergantikan dengan kenangan-kenangan indah, liburan bersama kalian. Semoga perjalan
ini meningkatkan keeratan persahabatan ini. Ku akan mengingat perjalanan ini
sebagai anugerah yang indah. Terimakasih sudah mau bersama melalukan perjalanan
ini.
Memang benar, persahabatan adalah
kado terindah yang Allah berikan kepada kita. Walau tak terucap, tapi kalian
harus tahu, kusayang kalian. Sekali lagi terimakasih atas segalanya.
0 komentar:
Posting Komentar