ALL ABOUT OF: SENSORI INTEGRASI

SIMPAN



ALL ABOUT OT: SENSORI INTEGRASI: Apa sih Sensori integrasi Itu ?
Mengapa Sensori integrasi pen...

Sensori Integrasi

postingan di bawah ini saya copy dari blog Elis Lindawati.. #buat ninggalin jejak di blog ini, karena lagi cari-cari info tentang SI.. :P

 

Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi

Resume
Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi
Jurnal IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Tahun 2011
Terapi Sensori Integrasi sebagai bentuk okupasi dan treatment pada anak dengan kondisi tertentu seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya perbaikan, baik untuk perbaikan gangguan perkembangan atau tumbuh kembang atau gangguan belajar, gangguan interaksi sosial, maupun perilaku lainnya.
Sensori integrasi merupakan suatu proses mengenal, mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku Adaptif Bertujuan”.
Dasar Teori Sensori Intergrasi
Dasar teori sensori integrasi yaitu:
v   Adanya plastisitas sistem saraf pusat
v   Perkembangan yang bersifat progresif yaitu, sensori integrasi  terjadi saat anak yang berkembang mulai mengerti dan menguasai input sensori yang dialami. Contohnya, fungsi vestibular muncul pada usia gestasi 9 minggu dan membentuk refleks Moro, sedangkan input taktil mulai berkembang pada usia gestasi 12 minggu untuk ekplorasi tangan dan mulut. Sistem sensori akan terus mengalami perkembangan sejalan dengan bertambahnya usia anak.
v   Teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat
         Pada teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat, proses sensori integrasi terjadi pada tingkat batang otak dan subkortikal. Proses yang lebih tinggi di tingkat kortikal diperlukan untuk perkembangan praksis dan produksi respons adaptif.
v   Respon adaptif

  Respons adaptif ini bervariasi pada setiap anak yang bergantung pada tingkat perkembangan, derajat integrasi sensori, dan tingkat ketrampilan yang tercapai sebelumnya. Respons adaptif mencerminkan kemampuan anak menguasai tantangan dan hal-hal baru.
v   Dorongan dari dalam diri
Konsep ini merupakan hal terpenting dalam perkembangan sensori integrasi, bagaimana dorongan ini muncul dari dalam diri yang terwujud dalam bentuk kegembiraan dan eksplorasi lingkungan tanpa lelah. Tetapi motivasi internal ini kurang atau tidak dimiliki oleh anak dengan gangguan disfungsi sensori integrasi.
Gangguan Pemrosesan Sensori
Sensor Intergrasi (“SI”) terjadi akibat pengaruh input sensori, antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil, vestibular, dan proprioseptif. Proses ini berawal dari dalam kandungan dan memungkinkan perkembangan respons adaptif, yang merupakan dasar berkembangnya ketrampilan yang lebih kompleks, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan berhitung. Gangguan dalam pemrosesan sensori ini dapat menimbulkan berbagai masalah fungsional dan perkembangan yang dikenal sebagai disfungsi sensori integrasi. Prevalens gangguan proses sensori makin kecil peluangnya pada anak tanpa catat 5%-10%, tetapi makin besar peluang terjadi prevalens pada anak dengan kecacatan 40%-88%.
Pada keadaan gangguan proses sensori, input sensori dari lingkungan dan internal tubuh bekerja secara masing-masing, sehingga anak tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Tahapan proses sensori meliputi pengenalan, orientasi, interpretasi  dan organisasi. Konsep progresi perkembangan, sensori integrasi terjadi saat anak yang berkembang mulai mengerti dan menguasai input sensori yang dialami. Mispersepsi dapat menimbulkan berbagai gangguan perkembangan dan perilaku.
Gangguan pemrosesan sensori ini dibagai ke dalam klasifikasi diagnostik sbb;
·    Classification of Mental Health and Development Disorders of Infancy and Early Childhood (revised),
·    Diagnostic Manual for Infancy and Early Childhood darithe Interdisciplinary Council on Developmental and Learning Disorders,
·    Psychodynamic Diagnostic Manual.
Gangguan pemrosesan sensori terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1.   Sensory modulation disorder (SMD), Pada SMD anak mengalami kesulitan berespons terhadap input sensori sehingga memberikan respons perilaku yang tidak sesuai dengan Sensory modulation disorder terbagi menjadi tiga subtipe, yaitu:
·      Sensory Overresponsive (SOR), response terhadap sensasi lebih cepat, intens dan lebih lama dari sewajarnya.
·      Sensory Underresponsive (SUR), kurang response/tidak memperhatikan rangsangan sensori dari lingkungan. Menyebabkan apatis atau tidak memiliki dorongan untuk memulai sosialisasi dan eksplorasi.
·      Sensory Seeking/Craving (SS), seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori, cenderung mencari aktivitas yang sensaional.
1.   Sensory-Based Motor Disorder (SBMD), pada sensory ini anak memiliki gerakan postural yang buruk. Pada disfungsi ini anak mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal dari sistem proprioseptif dan vestibular. Pada SBMD mempunyai dua subtipe, yaitu:
·        Dyspraxia, anak memiliki gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru juga memiliki koordinasi yang buruk pada ranah oromotor, motorik kasar dan halus.
·        Postural Disorder, anak mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun beristirahat. Anak dengan gangguan postural biasanya tampak lemah, mudah lelah, dan cenderung tidak menggunakan tangan yang dominan.
2.   Sensory discrimination disorder  (SDD), pada sensory ini anak mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan kualitas rangsangan sehingga tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. SDD pada sistem visual dan auditory dapat menyebabkan gangguan bahasa dan belajar, sedangkan SDD pada sistem taktil, proprioseptif dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.
Psinsip Terapi Sensori Integrasi
            Terapi sensori integrasi menekankan stimulasi pada tiga indra utama, yaitu taktil, vestibular, dan proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familiar dibandingkan indera pengelihatan dan pendengaran, namun sistem ini sangat penting karena membantu interpretasi dan respons anak terhadap lingkungan.
Sistem Taktil
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif, yang bekerja sama dalam melakukan tugas dan fungsi sehari-hari. Hipersensitif terhadap stimulasi 
 Taktil yang dikenal dengan tactile defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa respons menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok orang, menolak makan makanan tertentu atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujung-ujung jari, untuk memegang benda tertentu.
Bentuk lain disfungsi ini adalah perilaku yang mengisolasi diri atau menjadi iritabel. Bentuk hiposensitif dapat berupa reaksi kurang sensitif terhadap rangsang nyeri, suhu, atau perabaan suatu obyek. Anak akan mencari stimulasi yang lebih dengan menabrak mainan, orang, perabot, atau dengan mengunyah benda. Kurangnya reaksi terhadap nyeri dapat menyebabkan anak berada dalam bahaya.
Sistem vestibular
Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral.
Tanda tanda anak yang hipersensitif terhadap stimulasi vestibular mempunyai respons fight atau flight antara lain ; anak takut atau lari dari  orang lain,anak  bereaksi takut terhadap gerakan sederhana, peralatan bermain di tanah, atau berada di dalam mobil.
Sistem Propioseptif
Terdapat pada serabut otot, tendon dan ligamenyang memungkin anak secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Contoh dari sistem ini adalah gerakan motorik halus, antara lain menulis, mengangkat sendok dan mengancingkan baju. Hipersensitive terhadap sistem propioseptif menyebabkan berkurangnya kemampuan menginterpretasiklan umpan balik/feed back dari setiap gerakan dan tingkat kewaspadaan yang relative rendah . Tanda disfungsi sistem proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang berantakan, dan kesulitan memanipulasi objek kecil, seperti kancing. Hiposensitif sistem proprioseptif  menyebabkan anak suka menabrak benda, menggigit atau membentur benturkan kepala.
Efektivitas Terapi Sensori Integrasi  
            Terapi sensori intergrasi memperlihatkan adanya manfaat untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme, dan gangguan pemrosesan sensori. Meskipun dalam beberapa literatur efektivitas terapi SI dinyatakan tidak lebih baik daripada terapi alternatif, akan tetapi  beberapa penelitian membuktikan bahwa efektivitas terapi SI berhasil pada anak-anak dengan retardasi mental ringan, autism spectrum disorder dalam mengoptimalkan pemrosesan sensori dan respons motorik. Penelitian juga menunjukkan terapi sensori integrasi ini juga efektif pada anak ADHD dalam mengurangi kesulitan pada gangguan Sensory Motor Disorder (SMD).
Terapi sensori integrasi banyak digunakan untuk tata laksana anak dengan gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku. Elemen inti terapi sensori integrasi yang terdiri dari 10 elemen, belum diterapkan pada sebagian besar (94%) penelitian yang menggunakan prinsip terapi sensori integrasi. Penelitian yang lebih baru menunjukkan adanya manfaat dari terapi Sensori Integrasi untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme dan gangguan proses sensori.

sumber: http://elislindawati.blogspot.co.id/2014/06/resume-sensori-integrasi-dasar.html 

Ada pesan dari Bapak Dokter nih...untuk orangtua dari anak dengan autism


Assalamu’alaikum wr…wb…
Selamat malam para blogger… mau update dikit nih..hhhee
Berkenaan dengan Anak Berkebutuhan Khusus, khususnya lagi untuk anak dengan autism..  
Ini adalah catatan dari seorang dokter yang menangani anak dengan autism. Untuk Semoga bermanfaat.  


Pesan Untuk Orangtua

Bagi orangtua yang anaknya baru saja didiagnosis autisme, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika orangtua tidak faham apa itu autisme, mungkin diagnosis autisme tidak berpengaruh pada orangtua. Namun jika orangtua tahu atau kemudian tahu atau faham tentang autisme, maka akan terjadi suatu rangkaian reaksi yang disebut sebagai coping-mechanism yaitu sebagaimana yang umum terjadi pada seseorang dalam menghadapi/mengalami suatu kenyataan berat seperti misalnya saat seseorang diberitahu menderita kanker, atau saat seseorang kehilangan orang yang dicintainya, dan lain sebagainya.
Reaksi/respons yang pertama terjadi adalah awalnya orangtua akan syok, kaget, dan tidak percaya serta mempertanyakan diagnosis. Bisa jadi kemudian orangtua mencari second-opinion dari dokter yang lain, bahkan mungkin tidak cukup 1-2 dokter saja. Hal ini bisa menyebabkan tertundanya intervensi dini yang sangat dibutuhkan oleh anak autistik. Hal yang berbahaya ialah jika dalam perjalanan shopping dokter ini, kemudian bertemu dengan dokter yang tidak menguasai autisme tetapi dengan menyakinkan mengatakan bukan autisme, sehingga menyebabkan orangtua tidak lagi mencoba mencari tahu atau mendapatkan diagnosis.
Namun orangtua yang memperhatikan anaknya, kemudian akan menyadari bahwa anak autistiknya memang benar-benar berbeda dengan anak sepantarannya seumumnya, apakah itu dibandingkan dengan kakaknya waktu seumur anaknya yang sekarang, atau dibanding sepupu anaknya, atau dibanding anak teman atau tetangga. Yang pasti orangtua yang memperhatikan anaknya akan melihat perbedaan tersebut, dan atau menyadari bahwa anak autistiknya tidak juga mengalami kemampuan yang diharap-harapkan misalnya tidak juga anak berbicara, dan atau semakin jelas terlihat perilaku autistiknya. Jika kemudian orangtua melanjutkan lagi shopping dokter untuk mendapatkan diagnosis, dan kemudian mendapati dokter yang bisa menyakinkan atau bisa memberi diagnosis dengan yakin dan benar serta disertai dasar-dasarnya, maka mungkin rangkaian respons/reaksi berikutnya yaitu marah dan menyalahkan.
Pada rangkaian respons yang berikut ini orangtua akan marah terhadap berbagai hal dan menyalahkan segalanya. Mungkin marah dan menyalahkan diri sendiri, atau saling menyalahkan antara suami-istri atau terhadap orang lain. Bahkan mungkin marah kepada Tuhan yaitu kenapa diberi anak autistik, why me?!
Setelah terjadinya respons/reaksi marah dan menyalahkan, hal yang berikut yang terjadi yaitu penyangkalan (denial). Dalam tahap ini orangtua belum bisa menerima bahwa kenyataannyalah anak mereka autistik, sehingga bukannya berjuang (fight) untuk mengatasi autistik anak mereka, tetapi melakukan pelarian (flight) dari kenyataan berat/pahit ini yaitu dengan menyakinkan diri sendiri bukan autistik. Bahaya pada tahap ini adalah jika penyangkalan ini diperkuat oleh orang lain, baik itu dokter/profesional ataupun bukan yang menyatakan bahwa anaknya bukan autistik. Orangtua dapat tertahan/terperangkap di dalam fase penyangkalan ini, yang akhirnya tidak melakukan usaha-usaha apapun.
Jika fase penyangkalan (denial) dapat terlampaui, maka tahap berikutnya adalah fase bertanya-tanya yaitu orangtua mencari tahu, mencari lebih banyak lagi informasi tentang autisme dan diagnosis autisme. Yang akhirnya orangtua pasrah dan dapat menerima kenyataan yang sebenarnya. Beruntunglah orangtua yang bisa melalui fase-fase tersebut dan mencapai fase penerimaan/menerima (acceptance).
Perlu diketahui bahwa untuk masing-masing orang, tahap-tahap sampai dengan penerimaan ini berbeda-beda, baik berbeda dalam hal reaksi.respons yang keluar/tampak, maupun dalam lamanya masing-masing fase berlangsung. Ada orang yang bisa melalui seluruh fase ini dengan cepat sampai dengan ke fase penerimaan, namun ada pula yang melalui dengan lambat di satu dua fase ini ataupun seluruh fase ini. Ada juga orang yang tertahan/terperangkap dalam suatu fase, yaitu mungkin tidak percaya terus, mungkin marah terus, atau menyangkal terus, atau mungkin bertanya-tanya terus. Jika kita mengalami hal ini, maka sudah seharusnyalah terlebih dahulu kita yang mendapat terapi. Salah satu terapi yang berperan untuk penerimaan ini adalah terapi rohani, yaitu mendekatkan diri kepada Allah, sabar dan tawakal, serta harus yakin terhadap taqdir berupa qodar baik dan “buruk” yang sudah digariskan oleh Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu yang berasal dari Allah pastilah baik, pastilah Allah mempunyai rencana mengapa kita dianugerahi anak autistik, dan rencana Allah pastilah baik. Tidak pernah rencana Allah jelek atau menzhalimi umatNya, karena boleh jadi yang tidak kita sukai/kehendaki sebenarnyalah baik bagi kita (sedangkan yang kita sukai/kehendaki sebenarnya tidak baik bagi kita). Minimal, bahwa kita diberi kepercayaan yang besar oleh Allah untuk mengurus dan menjaga seorang anak spesial ini. Jika kita diberi kepercayaan oleh atasan di tempat kerja kita saja bangga, diberi kepercayaan oleh seorang manusia saja kita berbangga, nah sudah seharusnyalah dan sepatutnyalah jika kita teramat sangat-sangat-sangat bangga diberi kepercayaan oleh Pencipta dan Penguasa seluruh alam semesta ini.
Jadi, bagi orangtua, jangan membuang-buang waktu, tidak perlu lagi coba-coba metode lain yang tidak mempunyai dasar ilmiah, dan/atau belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas dan efisiensinya. Saat ini sudah ada metode ABA yang (almost) perfect seperti yang dikemukakan pada baris-baris sebelumnya, di samping juga adanya Biomedical Intervention yang bukan merupakan ilmu baru dan bukan ilmu alternatif, tetapi merupakan ilmu kedokteran mainstreaming karena dasar-dasar ilmiahnya serta praktek-prakteknya adalah dari ilmu-ilmu kedokteran yang sudah ada. Seorang sahabat yang anak autistiknya sudah cukup besar pada tahun 2000 mengatakan kepada penulis bahwa “mungkin apa-apa yang kita rintis sekarang ini bukan untuk anak-anak kita, tetapi pastilah orang-orangtua dan anak-anak mereka sesudah generasi kita ini akan menikmati buah/hasil dari rintisan kita saat ini”.
Jadi, intinya pesan bagi orangtua yang anaknya didiagnosis autisme, adalah:
1.     Ketahui dan sadari bahwa ada suatu mekanisme yang merupakan suatu refleks tubuh dalam menghadapi suatu kenyataan yang berat.
2.    Jangan sampai berlama-lama apalagi tertahan pada suatu fase yang menyebabkan tertundanya anak mendapat intervensi dini yang sesuai. Mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli di bidang kejiwaan/psikologi, bila perlu orangtua mendapat obat-obat yang sesuai. Terapi yang jangan dilupakan dan yang terpenting adalah terapi rohani.
3.    Jika lingkungan melihat orangtua tidak dapat menerima kenyataan (tidak mencapai tahap penerimaan) dengan segera (atau suami/istri mengetahui bahwa kondisi pasangannya adalah demikian), maka sebaiknya menolong dengan misalnya menghubungi alim-ulama/pemuka-agama yang “suaranya (nasihatnya) didengar” oleh orangtua tersebut.
4.    Setelah melewati masa berduka ini, segeralah mempelajari segala sesuatu tentang autisme, dan terutama tentang terapi yang tepat untuk autisme.
5.    Orangtua harus kritis terhadap berbagai hal, terutama sekali tentang metode terapi dan/atau terapis dan/atau tempat-tempat terapi.
a.   Pilihlah terapis/tempat-terapi yang menggunakan metode terapi yang dirancang khusus untuk autistik dan yang secara ilmiah telah terbukti efektif dan efisien. Karena banyak terapis/tempat-terapi yang tidak menggunakan metode tertentu, atau metode yang bukan dirancang untuk autisme, atau metode yang tidak ada dasar ilmiahnya maupun tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan metode itu efektif dan efisien.
b.  Pilihlah terapis/tempat-terapi yang yakin bahwa autisme adalah suatu kondisi yang dapat disembuhkan. Oleh karena sementara ini ada orang-orang yang masih mempunyai keyakinan bahwa autisme tidak bisa sembuh/disembuhkan. Orang-orang seperti itu pastilah tidak akan serius menangani anak autistik kita, oleh karena mungkin mereka akan berpikir “serius tidak serius, toh tidak akan sembuh, jadi lebih baik santai sajalaaah...”. Hanya mereka yang yakin bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan yang akan “jumpalitan” mengerahkan segala tenaga dan kemampuan dalam menangani anak-anak autistik kita.
c.   Tanyakan assessment (penilaian) sebelum terapi dimulai. Tanyakan kurikulum/program/aktivitas yang akan dilakukan/diterapkan pada anak kita. Teliti dan tanyakan kaitan antara assessment dengan kurikulum/program.aktivitas, yang seharusnya link and match. Karena banyak yang melakukan terapi tanpa melakukan assessment, ataupun assessment hanya dilakukan sekedar formalitas sehingga kurikulum/program/aktivitas tidak berdasarkan hasil assessment yang baik dan benar.
d.  Orangtua jangan malu/kuatir dikatakan cerewet, oleh karena sepenuhnya hak orangtua untuk diberi informasi yang cukup dan menanyakan berbagai hal yang ingin diketahuinya dan/atau tidak dimengerti/difahaminya, sebelum terapi dilakukan, yang mana merupakan bagian dari informed-consent.
6.    Bergabunglah dengan kelompok orangtua yang mempunyai keyakinan bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan, sehingga tidak merasa sendirian di dunia ini, serta dapat berbagi suka-duka serta pemecahan/mengatasi masalah. Pengalaman-pengalaman positif dari orang-orangtua yang lebih dahulu menangani anak autistik mereka, akan sangat bermanfaat bagi kita sehingga menghemat waktu yang sangat berharga ini dalam penanganan anak autistik kita.
7.    Penanganan penyandang autisme secara serius dengan ABA dan Biomedical Intervention, akan menguras banyak waktu, tenaga, dan perhatian. Tetapi jangan dilupakan bahwa kita sebagai orangtua adalah juga manusia biasa, yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Mungkin kita tidak termasuk manusia super, sehingga konsentrasi kita terhadap penyembuhan anak autistik kita akan menguras banyak enerji dan kapasitas mental kita. Sehingga akhirnya bisa terjadi suatu kondisi yang disebut sebagai burn-out. Yaitu sampai batas kemampuan kita terlampaui, maka kita akan jenuh, sehingga kita jadi tidak melakukan apapun. Tidak bisa melakukan apapun, tidak mampu melakukan apapun, tidak mempunyai semangat serta gairah untuk melakukan apapun. Ujung-ujungnya malah yang tadinya kita top-full-speed, malah menjadi seperti menelantarkan anak spesial kita itu.
Jadi, untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka kita perlu meluangkan suatu waktu atau suatu hari untuk “berlibur”, Me-Day, hariku, hari khusus untuk diriku. Bisa saja itu sehari penuh atau kurang, namun intinya adalah break, istirahat, luangkan waktu untuk diri kita, tinggalkan sementara semua persoalan, semua kepusingan, semua kekacauan, semua kecemasan, semua gundah-gulana, dll.
Luangkan waktu sejenak untuk diri kita saja, bersenang-senanglah, hiburlah diri kita, agar supaya kita kembali segar, kembali di-charge, kembali semangat, kembali bergairah untuk kembali menangani anak spesial kita. Hal ini tidak identik dengan kita perlu mengeluarkan biaya yang besar, mungkin saja hanya sekedar duduk di pinggir pantai, mendengarkan debur ombak, sambil makan makanan kecil, menikmati minuman ringan, dan memandangi tenggelamnya matahari. Pokoknya suatu hal yang kita suka serta menyenangkan dan mungkin seperti yang dulu kadang/sering kita lakukan. Ini seperti halnya orang bekerja, kenapa harus ada libur mingguan (hari Minggu atau Sabtu dan Minggu), kenapa perlu cuti tahunan. Jawabannya adalah untuk refreshing, untuk recharge.
8.    Selain itu, hal yang penting juga adalah memperhatikan pasangan (suami/istri) kita. Statistik memperlihatkan bahwa angka perceraian lebih tinggi pada keluarga yang mempunyai anak autistik, dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai anak autistik. Di samping itu juga, perlu diperhatikan terjadinya sibling-rivalry (rivalitas saudara kandung), dimana terjadi kecemburuan pada anak yang non ABK, oleh karena perhatian kedua orangtuanya tercurah pada anak yang ABK.

Birthday and Eid Mubarak Edition



Assalamu’alaikum…wr….wb…
Selamat malam.. (Soalnya yang mpunya blog ngetiknya pas malam hari…) #apasih

Sebelumnya, saya mau mengucapkan:
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H”
“Mohon Maaf lahir dan Bathin”

Hari ini, Rabu, 6 Juli 2016 bertepatan dengan hari raya umat muslim, yaitu Idul Fitri.. yang mpunya blog lagi mau ngetik nih..
Sebenarnya mau certain tentang yang ulang tahun. Dua minggu yang lalu, ada yang ulang tahun.. siapakah dia.. ? *Kota Jakarta
Iya sih, tapi malas ah menceritakan Kota Jakarta.. hhhee
Yang ulang tahun ya yang nulis ini.. :P
Ulang tahun yang ke berapa ya? *Alhamdulillah diberi kesempatan untuk tambah tua.. *semoga ndak tambah dosa-dosanya :’)
Di tahun ini, saya bersyukur atas semua rezeki yang Allah berikan. Diberikan umur 2* tahun, saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk bernapas, semoga kesempatan untuk bernapas diiringi untuk selalu memperbaiki diri dalam hal keimanan.. aamiin..
Bersyukur masih banyak orang-orang yang menyayangi saya. Alhamdulillah orangtua masih sayang sama anaknya yang badeur ini. Alhamdulillah masih dikelilingi teman dan sahabat yang care..
Ya, sebagai manusia biasa saya harus banyak bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan.. Nikmat Allah banyak sekali, saya naja ndak bisa hitung berapa banyak nikmat yang Allah berikan karena saking banyaknya. kalau bukan karena Allah SWT, saya ndak mungkin akan jadi seperti ini.. J


Hari pada ‘dua minggu yang lalu’ itu pun masih berada di dalam bulan Ramadhan, tepat 17 Ramadhan, hari diturunkannya Al-Qur’an.. subhanallah.. *riang tak terkira.. walau saya menyadari saya masih banyak kekurangan, masih bolong-bolong mempelajari Al-Qur’an *uni, malu ni,, masa udah setua itu masih bolong-bolong :3
Ndak lupa berdoa supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi *ya Allah bantu hambaMu memperbaiki diri.
Masih banyak permohonan kepada Allah tentang usia yang sekarang, doa buat bapak, ibu, dan keluarga. Doa buat murid-murid, doa buat sahabat, dan banyak deui *ah..ndak usah disebut one by one lah.. :P
Mereka yang membuat saya semangat untuk terus memperbaiki diri. Bersyukur di perjalanan hidup saya, dipertemukan dengan kalian-kalian semua.. J
Two days after that day.. “Bubun” alias bu Risci, beliau adalah kepsek TK SBK Rumah Melati.. she’s my new sister.. udah saya anggap sebagai kakak perempuan *abisnya ndak punya kakak jadi nyari kakaknya di luar rumah deh,, hhee she’s a good sister. I learn a lot from her. About an education, about life, ooorrr…. About a movie or dorama,,hhhaa… yups,,, dia telah meracuni saya!! Hhaaa .. and, on that day, she gave me a birthday’s gift..


Arigato Risci-chan.. *Bener-bener kan,, unyu juga sih si Sato Takeru-san.. hhhhaaa *maap ya pemirsah
Udah ah, cerita singkat tentangnya,,hhhaaa ntar kalau dia baca bisa dibully saya..hhhaa
 

For the next my sisters from Senior High School of Persada *itu sekolah masih ada ndak ya.. we meet for iftar and give me a little birthday party..  

Kita udah temenan dari SMA. Alhamdulillah masih bisa ketemuan walau agak susah nentuin waktunya. *maklum lah udah pada sibuk masing-masing..hhee
Semoga persahabatan ini tak lekang oleh waktu *kayak judul lagu

 
Daaaannnn….. The Pantarawati… hhaa.. *ya, walaupun saya ndak berlanjut di Pantara..
Alhamdulillah punya sahabat seperti mereka, yang satu ektrovert, yang satu introvert.. ya beginilah kita saling melengkapai.. selalu senang kalau ketemu mereka. Walaupun saya ndak terlalu bisa benar-benar mengekspresikannya.. tapi.. believe me, from the deepest of my heart, I’m really happy about our friendship..
Selalu senang mendengar cerita-cerita mereka *pendengar yang baik.. hhhee selalu suka lihat ekspresi dan senyum mereka. selalu suka kalau diskusi sama kalian.. *kangen diskusi lagi. Terimakasih udah mau jadiin saya sahabat *kita sahabat kan yah?hhee.. Terimakasih atas semua yang kalian berikan kepada saya, *salah satunya dress ini.. bagus kan.. :) dipakai pas Idul Fitri..pas banget momenya..hhhaaa..
Waktu kita bersama sangat berharga, akan ku ceritakan ke anak-cucu tentang kita.. *trus kalian nyeletuk “nikah dulu baru punya anak-cucu”
Aahh… akhirnya aku tersadar akan kata ‘itu’.. saya mah berdoa supaya semua urusan dimudahkan, termasuk urusan ‘itu’.. begitu pula dengan kalian-kalian sahabatku.. J.. aamiin..aamiin..aamiin..  *kan, nambah satu lagi doanya, tanda saya mah ndak ada apa-apanya dibandingkan denganMu

#buat yang baca postingan ini, mohon diaminkan ya doanya.. J
*Do’a yang sama untuk kamu juga..

Powered By Blogger