Nurani

Assalamu’alaikum…wr…wb…
Selamat pagi.. semangat pagi..!!!
Haiii…. Si mpunya blog muncul lagi.
Oke, saya mau curhat, mau nyepam di blog. Ceritanya saya sedang menempuh pendidikan lagi, yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG). Alhamdulillah bisa kuliah S1,5 (kan S1 sudah selesai, dan S2 belum dikejar sama beasiswa). Doakan ya, semoga saya bisa S2.. aamiin..
Berhubung hati dan otaknya diasah saat PPG ini, jadi untuk posting agak berkurang intensitasnya *Padahal mah alesan aja tuh.
Iya nih, lagi ngerasa sedang diasah otak dan hatinya.Kalau otak, you know lah, kalau kuliah itu otaknya musti ekstra kerja. Lalu, kenapa hatinya diasah juga? Nah.. ini bakalan panjang kalau dijawab,,hhee.. pokoknya saya sedang berusaha untuk menjadi orang yang lebih ‘peka’ pada lingkungan sosial, lebih berempati dan bersimpati.. gitu lah. Kepribadian seseorang dipengaruhi dengan lingkungannya, dengan siapa dia bergaul, dengan siapa dia berinteraksi.
Bersyukur Allah pertemukan saya dengan orang-orang yang ‘peka’, jadi saya bisa belajar lebih dari mereka. Yaps,,, bahwasanya akhir-akhir ini saya dibilang “sok sinetron” oleh beberapa orang, sebenarnya that’s real, bahwa saya sempat akan mengundurkan diri (sudah sempat tekan tombol pilihan “Mengundurkan Diri”) dari program ini. Mengingat bahwa di sekolah tempat saya mengajar, saya memiliki tanggung jawab yang sangat besar menurut saya. Mengingat bahwa “Siapa yang akan mengajar anak-anak (Anak Berkebutuhan Khusus) dengan ‘hati’?”. Mengingat “Siapa yang punya potensi baik mendidik anak-anak sedangkan saya tahu bagaimana kualitas yang lain?”. Mengingat “Siapa yang akan mengerjakan tugas-tugas?”. Dan pemikiran-pemikiran lain tentang “Ketidaktegaan meninggalkan anak-anak, orangtua murid, dan sekolah”.
Tidak ada manusia yang tahu bagaimana isi hati orang lain. Tetapi kita bisa tahu “perwujudannya” dari perilaku yang muncul, dari ucapan yang muncul, dari ekspresi yang muncul. Maafkan saya yang tidak pandai mengungkapkan kepada semua orang secara ekspresif bagaimana “ketidaktegaan saya meninggalkan sekolah”. Namun, saya berterimakasih kepada orang-orang yang mengerti saya walaupun saya tidak pandai mengungkapkannya secara lisan. Terimakasih atas supportnya.

Pada akhirnya saya membatalkan menekan pilihan “Mengundurkan Diri”. Aahhhhh…. Untuk orang yang tingkat kepekaannya seperti saya saja merasakan hal ini sangat berat, bagaimana dengan mereka-mereka yang hidupnya penuh feeling. Saya sedikit paham dengan perasaan mereka. Dia menguatkan (padahal dia juga sama perasaannya) bahwa “Ayo selesaikan PPG dan kembali untuk memberikan ilmu dari PPG ini untuk anak-anak”. Yuk, sama-sama semangat menjalankan kegiatan PPG ini (walau masih ada hal-hal yang abstrak dan agak absurd sama program ini). #colek si Ekstrovert.

Ayah

Terimakasih untuk kebisingan jalanan pinggiran ibukota
Aku berlindung di balikmu
Aku bersembunyi di belakang kaca ini
Menangisi dosa
Menangisi khilaf
Betapa lemahnya aku
Betapa pecundangnya aku
Maafkan aku ayah
Maafkan anakmu ini
Terimakasih atas segala yang kau berikan
Maaf, kata itu tak pernah terucap
Maaf, hanya air mata ini yang mengucapkannya
Ayah, semoga Allah kumpulkan kita di surgaNya kelak


Wisata Dua Introvert dan Satu Ekstrovert


Assalamu’alaikum..wr…wb…

Haii…hai… saya kembali lagi nih…*nyepam blog…hhhhaaa
Hitung-hitung update blog biar nggak buluk-buluk banget.

Kali ini saya mau review tentang liburan akhir tahun 2016 saya..
Alhamdulillah ya bisa liburan kayak yang lain..hhhaa
Sebelumnya, kenapa sih saya niat banget buat nulis review liburan ini?

Niatnya bukan buat pamer, tapi ingin membuat ‘sesuatu’ yang bisa diingat. Berharap saat membaca kembali tulisan ini, saya akan selalu ingat bahwa Allah telah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga kepada saya, salah satunya yaitu sebuah persahabatan yang sangat indah. Walaupun ‘ingatan’ yang indah bakalan tersimpan di hati, tapi kadang kita butuh ‘bukti’ untuk selalu mengingatkannya.
Saya memang masih belajar dalam hal menulis, jadi untuk tulisan formatnya ‘mana suka’. Apapun format tulisannya, tapi sepertinya saya memang masih lebih ‘nyaman’ untuk menuliskan daripada untuk ‘mengungkapkan’ langsung. Bukan berarti saya ndak suka untuk ‘berbicara’, tapi mungkin ini yang dimaksud dengan salah satu sifat dari seseorang yang berkepribadian introvert. Ah sudahlah, apapun itu, saya tetap mau menuliskannya di blog ini, agar semua tahu bahwa “Aku bahagia memiliki kesempatan untuk bertemu, bersama, dan bersahabat dengan kalian, Elia, dan Rohmah”. “Terimakasih atas semua kenangan yang kita lalui bersama”.
*Btw, nggak tahu kenapa gw nulis ini sembari mendengarkan beberapa list lagu yang menemani malam-malam terakhir kemarin saat trip. 


Liburan kali ini, saya berkesempatan berlibur bersama sahabat saya.. bertiga aja kita..
Uni (read:saya), Elia, dan Rohmah. Ini adalah trip pertama kita. Tripnya hanya bertiga, ber-ti-ga.
Soalnya, ibu mau ikut, tapi nggak boleh,,hhaa (ibu ketagihan setelah sekali diajak trip ke Jogja).
Trip kita kali ini adalah ke salah satu kota (read:village) di Jawa Tengah. Bukan ke Jogja, tapinya ke.. Sa-la-ti-ga. Yupz…. Ke kota Salatiga. Hayooo…pada tahu nggak, di mana letak kota Salatiga itu..
Sok atuh buka google mapsnya..
Kota salatiga itu ada di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah, di utara Jogja, di selatan Semarang ya kalau nggak salah.. *mending buka peta deh..hhhaaa

Sebelum kita deal buat trip ke Salatiga. Udah diwanti-wanti nih sama yang punya kampung (read:Rohmah). “Inget ya, di sana masih desa, gak ada ind*mart atau alf*mart”. Kenapa tempat belanja itu yang di-te-kan-kan? Soale kita-kita masih suka ngemil dan jajan dan hal itu nggak bisa lepas dari si toko-toko swalayan itu,,hhhaa
“Oke,, kita bisa kok beradaptasi dengan lingkungan di sana”. Weeiitt… sapa nih yang pede, 0.o

Kita deal buat trip ke sana. Diadakanlah sebuah pertemuan yang alih-alih ada bazar buku Gram*dia di Mall Gr*nd Metropolit*an Bekasi. Sayang, bazarnya nggak segede kayak yang ada di ekspektasi kita. Tak apeu lah,, dapat beberapa buku murah juga kok. Lanjut makan dan ngomongin tindak lanjut dari deal or no deal kita. Dimulai dengan memesan tiket buat ke sana. Kita memilih untuk menggunakan moda transportasi kereta api. Tak-tik-tuk, tengok KTP, tat-tit-tut.. pencet-pencet, pilih-pilih, bayar online.. *wah,, gampang ya cara pesan tiket keretanya.. J
Okey, tiket berangkat sudah dipesan, trus tiket pulang? “Ah, gampang, besok aja di sana kita omongin” 
     One day before, we have a meet again. “eh, tiket kereta tanggal dua udah abis”. ‘Sedikit panik’. “wes, rapopo, tanggal tiga masih ada nih, setuju nggak?” setelah semua setuju, pesanlah tiket pulang tanggal tiga dengan kereta yang sama, yaitu “Tawang Jaya”. Planning berikutnya adalah, “mau ngapain aja di sana”. Kebetulan ada boyfriendnya Rohmah yang orang asli Salatiga, mulailah dia mempromosikan tempat-tempat yang ceritanya layak buat dikunjungi. Bla-bla-bla,,,ok sip. Kita planning-planning tempat.

Yippy…. And then, tibalah si hari, di mana kita bakalan mulai trip ini, 3 Desember 2016. Karena kereta kita jam sebelas malam, Rohmah janjian buat ketemuan di Stasiun Pasar Senen aja. Sedangkan diriku dan mamie berangkat sama-sama dari Stasiun Bekasi. Dengan alibi “nggak tahu” musti ketemuan di Stasiun Bekasi ‘sebelah mana’, akhirnya mamie diantar sama abang Grabbike ke Pondok Ungu. Wow banget itu abang Grab dari ujung Bekasi Selatan ke Bekasi Utara.. angkat topi deh kita.. #makasih banget lho mamie, mau mampir ke rumahku dulu, jauh-jauh, berpanas-panas ria, bertepos-tepos musti duduk di jok motor, sejauh itu,, love you so much deh mi…
*singkat cerita, kita berangkat dari rumahku naik angkot. Ngirit aja, toh masih banyak waktu,,hhhee
Menujulah kita ke stasiun Pasar Senen di mana Rohmah and her boyfriend were waiting for us. Sebelum berangkat kita makan bekal yang sudah Ibu siapkan sebelumnya. Memang orangtua itu sudah banyak pengalaman dan tahu kalau anaknya bakalan kelaparan tetiba di Senen. Marilah kita makan dulu, ya nggak,,hhee.
Jam sepuluh kita siap-siap buat antri pemeriksaan tiket.
Bye-bye Jegardah….*kibas-kibas tangan…
#eits ada yang adegan kayak di sinetron gitu, dadah-dadahan di depan stasiun, cuma nggak sempat kefoto aja,,hhhiiii #piss ah.. aku bahagia bila sahabatku bahagia.. J
 Daaan.. kita akhirnya duduk manis di dalam kereta. #ya yang namanya di dalam kereta ekonomi Indonesia gimana sih, ya adalah pegel-pegel kaki. Perjalanan kereta kurang lebih tujuh jam. Dari melek, tidur, kebangun, ke wc, tidur lagi, *gitu aja terus,hhee

Jam enam kurang sedikit, kita sampailah di Stasiun Semarang Poncol, pemberhentian terakhir kereta Tawang Jaya. Sebuah stasiun yang sepertinya dikhususkan untuk pemberangkatan atau pemberhentian kereta-kereta ekonomi. Soalnya kalau kereta-kereta yang eksekutif atau bisnis, pemberangkatan atau pemberhentian di kota Semarang adanya di Stasiun Semarang Tawang. Not bad lah walaupun dikatakan sebagai kereta kelas ekonomi. Menurut saya better than Bus, because we don’t met the traffic jam, hhhaa, iyalah, moso’ kereta ada macet.
Tetiba di Semarang, kebiasaan pagi hari orang Indonesah.. sa-ra-pan.. keluar stasiun, tengok ke kiri, kita akan menemukan sebuah warung soto. Sangat lumayan buat isi perut. Sedikit saran dari yang katanya orang jawa, kalau mau makan, pesanlah menggunakan Basa Jawa. Katanya sih biar nggak dimahalin. *maaf ya sedikit rasis ini pembicaraannya, hhhaaa.
Pelajaran buat saya juga, buat belajar speaking Bahasa Jawa yang baik dan benar nih.
Selesai makan, tanpa melewatkan kesempatan yang berharga..
Mumpung masih di Semarang, kita jalan-jalan yuk…*beneran jalan-jalan, alias jalan kaki,,hhaa
Kalau kata google, ada objek wisata dekat Stasiun yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Yup, ada Lawang Sewu dan di sekitarnya ada Meseum Mandala Bhakti dan Tugu Muda. Kalau kata Google Maps, jaraknya sekitar 20 menit kalau berjalan kaki. Well, karena kita jalan kakinya sangat santai dan foto-foto dulu, alhasil setengah jam lebih kita jalan kaki untuk sampai di sekitaran Lawang Sewu.

Sembari menunggu Lawang Sewu buka, kita duduk-duduk dulu, ya walaupun ‘kayak anak ilang’, belum take a bath, nggak apalah, kapan lagi menikmati suasana Semarang di pagi hari, yang tidak terlalu ramai, sama kalian lagi. Aaahhh,, aku pasti akan merindukan moment-moment ini.
Di dalam Lawang Sewu terdapat museum kereta api juga toh, kirain mah cuma deretan pintu-pintu aja.

Menjelang siang hari, kita pun sepakat untuk ‘pulang’ ke Salatiga. Maksudnya berangkat ke Salatiga. Kita naik mini bus, kalau di Jakarta seperti Metr*mini lah. Dari Semarang ke Salatiga (sampai terminal Tingkir) ongkosnya itu limabelas ribu. Ini tarik menggunakan Bahasa Jawa, hhaa.. soalnya abangnya bilang kalau orang lain mah bisa dua liam ke atas. Okelah, saya akui orang-orang Indonesia itu masih menganut sistem ‘nepotisme’ hhaa..
Perjalanan sekitar dua jam. Sebenarnya cukup lelah, tapi prinsip ngetrip itu “nikmati saja perjalannya”. Pemandangannya cukup bagus, untuk di daerah Semarang beberapa kali melewati pinggiran daerah pantai, lanjut ke arah Salatiga mulai pemandangan pegunungan hijau. Benar-benar cuci mata lah (sekali-kali cuci matanya lihat yang hijau-hijau, jangan melulu cuci mata lihat diskonan Mall,,hhhii).
Tiba di Terminal Tingkir, kita perjalanan ke rumah neneknya Rohmah (tempat kita bakalan ‘numpang’ selama di Salatiga). Terimakasih untuk omnya Rohmah yang bersedia jemput kita. Perjalanan naik sepeda motor selama kurang lebih setengah jam. Daan… lagi-lagi pemandangan di sepanjang perjalanan, dihiasi dengan pemandangan pegunungan, sawah berundak, pohon-pohon, dan ada pengerjaan pintu keluar jalan tol Salatiga.
Tiba di rumah neneknya Rohmah, kita istirahat. Makasih banyak untuk nenek dan kakeknya Rohmah, sudah mau direpotin sama teman cucunya, hhee. Di rumah, kita banyak makan dan minum wedang teh. ßpart ini bakalan diingat terus lho,,when someone says that, “mau minum apa?” “jeruk aja, jangan teh”… hhaa…
Night is coming. Time to sleep. Say sorry if….. bla-bla-bla…..*sensor ah…
(nafas ‘berdendang’ karena suhu yang dingin)

Second day at Salatiga. Kita berencana untuk menjelajah tempat wisata di sekitar Salatiga. Kita dapat sewaan mobil, biar lebih mudah aksesnya kalau ada kendaraan sendiri dibandingkan dengan naik transportasi umum. ‘supir’ kita hari ini adalah Rohmah, soalnya cuma dia yang sudah bisa mengendarai mobil. Kita mah apa atuh, bisa ngendarain mobil-mobilan aja suka nabrak. Hari ini kita juga didampingi sama omnya Rohmah, Om Widd.
Destinasi pertama adalah ke Museum Kereta Api Ambarawa. Karena nggak ngajak Ikhsan yang notabene suka banget sama yang namanya kereta, makannya dibuatin video dan foto-fotonya aja ya San. Kapan-kapan kita ke sini ya,,
Harapannya ke Museum Kereta Api, bisa naik kereta betulannya, tetapi mungkin karena waktu cuaca kurang mendukung jadi tidak ada pemberangkatan kereta. Padahal pingin banget naik kereta lomotif uap yang jadul itu. Yasudahlah kita nikmatin saja, toh masih bisa foto-foto di stasiun dan kereta-keretanya.
Next destination adalah makan siang. Rohmah ngejanjiin buat makan bebek yang uenak dan murah boss… kalau nggak salah namanya Bebek ABC. Bener lho, bebeknya itu besar, potongan setengah bebek memenuhi satu mangkok. Ditambah nasi panas dan secobek sambal serta lalapan. Muanteb deh, sampai nggak habis saya, hhaa. Untuk harga, sekali lagi disarankan nganggo boso jowo,,hhaa. Piss ah…
Selesai makan, dilanjut buat cari-cari kain  batik. Katanya penjahit kenalannya Mamie, ada salah satu toko Batik murah di Salatiga, namanya Benang Raja. Di cari tempatnya katanya dekat Ramayana Jalan Jenderal Sudirman, tetapi belum ketemu, alhasil belanja ke pasarnya saja dulu mumpung ada di pasar. Sempat meter-muter karena belum ketemu pasar sayurnya. Setelah berjalan mengitari pasar dan pertokoan, ketemulah tempat pasar khusus sayurannya. Kita beli kangkung, tempe, bawang, dan tomat. Jujur, sempat bingung karena memang ndak ada kulkas di rumah mbah. Jadi kalau beli sayur atau bahan masakan lain nggak bisa beli banyak dan sepertinya harus dimasak hari itu juga karena bahan masakan nggak bisa disimpan lama.
Selesai belanja sayur, lanjut mencari lokasi toko Benang Raja. Alhamdulillah ketemu, salah satunya berkat nanya si google. Mulailah “dipilih-dipilih”.. ya, ada rupa ada harga, tapi lumayanlah buat ‘punya-punya’ kain batik. Karena sesungguhnya kain batik tulis yang bagus kualitasnya, harganya juga “bagus”. Tapi tetaplah cintai produk dalam negeri. Dari perjalanan ini, jadi belajar sedikit tentang nama-nama motif batik yang sangat “kaya” itu, bahannya bagaimana, belum lagi model pakaian batik yang sudah sangat beragam. Saran dari ibu, kalau mau cari batik, carilah yang motifnya kecil-kecil, for example motif Sidomukti. *taunya itu aja.


Selesai pilah-pilih, dilanjut untuk silaturahim ke rumah dua tante dan omnya Rohmah yang lain. Alhamdulillah masih di sekitaran Salatiga juga, jadi nggak jauh perjalanannya *mengingat waktu yang sudah menjelang malam.
Selesai di kedua tempat, kita masih mau menjelajah kota ini, alhasil kita mampir di alun-alun Pancasila (bener nggak ya, agak lupa namanya). Sekali kelilingi lapangan alun-alun dengan mobil sepeda, yang pakai hiasan lampu warna-warni itu. Cukup dengan tarif lima belas ribu.
 Gowes teruuusss!!! Semangat kawaaaan!!!
Kegiatan hari ini diakhiri dengan minum wedang, bukan wedang teh, tetapi wedang ronde. Kalau di Jakarta itu mirip sekoteng tapi tanpa roti dan mutiara ya..  harga murmer, lima ribu saja lah. Rasa wedangnya hangat karena berbahan dasar jahe. Hangatnya bikin perut ‘nyaman’. Senyaman aku berada di dekat kalian. Thanks girls for today.

Hari ketiga kita stay di rumah saja. “Menikmati” suasana di desa. Alhamdulillah hari ini cuacanya cukup cerah. Pagi hari kita ada cooking class, masak di pawon (sebutan dapur dalam Bahasa Jawa). Pawon di daerah ini sedikit berbeda dengan pawon di daerah kampungku (di Purworejo). Karena pawon terpisah dari rumah inti. Jadi ada rumah pawon sendiri, dan tempatnya luas. Paling enak itu bangun tidur terus ‘nongkrong’ di depan tungku. Uangetnya enak, soalnya hawanya dingin. Hari ini kita ‘pinjam’ pawon si mbah, mau belajar masak. Terutama saya yang nggak jago masak, hhee. Di antara kita, yang paling pinta masak itu Mamie Elia. Jadi dia yang ngajarin kita. Dia fasih juga lho masak dengan kompor tungku. Prok-prok buat Mamie.
Hari ini kita masak tumis kangkung dan tempe goreng. Jujur saya ndak begitu suka sama tumis kangkung. Nggak tahu kenapa, kalau makan itu kayak ‘kelolotan’ aja. *maaf ya kangkung. Tapi tetap makan kok walau dikit, hhee. Tumis kangkungnya Mamie mah enak. Lah, tempe gorengnya agak ‘sawo kematengan’ warnanya, hhaa. Nggak biasa pakai kompor tungku *nyalahin alatnya,,hhaa .
Oke, nanti kita (read:aku) belajar masak lagi ya. Maksudnya ajarin masak,,hhhee
Selesai nguprek di pawon, kita niat mau mencuci pakaian di sebuat tempat yang ‘katanya’ khusus untuk tempat mencuci. ‘Katanya’ tempatnya ada di sungai belakang rumah. Oke sip, kita siap-siap ke sana. Berjalan lewat rumah ‘Sugeng’ dan menyusuri jalan kecil dan mulailah menurun ke sawah. “Lho, mana? Kok nggak ada? katanya turun ke bawah?”, Rohmah mulai bingung soalnya rasanya ada yang ‘berbeda’. Yowes, karena nggak ketemu, kita nyuci aja di rumah. Back home, dan mulailah kucek-kucek dan jemur.
Kalau dipikir-pikir, kapan lagi nyuci bareng-bareng begini, lucu juga kita ya walaupun ada part-part di mana ada yang ‘agak “aneh”’. Tapi, sekali lagi, nikmati setiap kegiatan yang kita lakukan, karena itu akan menjadi memori indah di esok hari.

Hari keempat, tanggal 1 Januari 2017. Wow, semalam kita tidur satu tahun di Salatiga. Semalam sama saja dengan malam-malam yang lain. Yang berbeda adalah ‘kita masih bertigaan’, hhaa.
Oke, hari keempat, kita punya kesempatan untuk jalan-jalan lagi. Dapat pinjaman motor dari omnya Rohmah. Untuk hari ini, kita benar-benar pergi bertiga. Di awal perjalanan, kita foto dulu di sawah (sesuai keinginan mamie).

Destinasi pertama adalah ke daerah Kopeng. Jalan khas pegunungan yang menanjak dan berkelo-kelok. Dan….. Waaahhhhh… pemandangannya oke banget. Kita bisa lihat beberapa gunung seperti Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu.
Sampai di objek wisata Kopeng, kita mau makan siang dulu. Mengiyakan tawaran makan sate kelinci. Awalnya sih agak kasian sama kelincinya, kan mereka unyu banget. Tapi setelah dicoba, unyunya luntur karena rasanya enak juga, mirip rasa daging ayam tetapi lebih lembut. Maklumlah, kita kan makhluk pemakan segala, hhaa. 
Lanjut mau sholat Dzuhur dulu. Kita tanya ke petugas di tempat wisata itu. “Di dalam ada mbak musholanya”. Masuklah kita ke tempat wisata itu dengan dikenakan biaya lima ribu perorang. Ternyata itu adalah tempat wisata Curug Umbul Songo. Kenapa ‘ternyata’ ? karena tujuan utama sebenarnya kita mau cari mushola. Ups, kita jalan naik trek seperti pendakian rasanya. Badan ini kan nggak biasa, langsung lho berasa ‘capek’nya. Sempat istirahat di depan air terjun. Dan Rohmah berbaik hati untuk naik ke atas lagi untuk menemukan bangunan mushola yang petugas maksud.
Singkat cerita, sampailah kita ke bangunan musholla yang dimaksud. Sebenarnya agak kecewa karena ternyata tanpa harus masuk ke dalam objek wisata pun, melewati jalan utama malahan lebih dekat. Sebenarnya ada sedikit accident di sini, tapi nggak usahlah ya diceritain karena bukan saya yang ngalamin. *semoga kita selalu berada di dalam lindungan Allah SWT, aamiin..
Karena ‘hal itu’, mood kita sudah agak kurang enak. Terlebih untuk si ekstrovert kita. Dia ‘goyah’, yang lainnya jadi ikut goyah moodnya. *apalah aku tanpamu hay sahabat ekstrovert..
Tinggallah berdua di introvert. Naah.. di sini nih, kelemahannya kalau dua introvert komunikasi, kadang kurang klop. Ngobrol sambil ngendarain motor, posisi pakai helm. Tambah-tambahlah miscommunication.
Gini nih kira-kira:                                            (*Duh, gw cengar-cengir sendiri ini ngetiknya)
“Mah, kita cari tempat nongkrong yuk”
“Mau di mana?”
“Di mana aja, asal jangan langsung pulang”
“Oh, ok. Kita ke Tuntang ya”
Ikut lah gw di belakang Rohmah, soalnya nggak tahu juga daerah sini, jadi nurut aja.
Di perjalanan kita terjebak macet. ‘Hilanglah’ Rohmah. Diteleponlah Rohmah.
I : “Mah, di mana?”
R : “Gw di Goa Rong?”
I : “Hah? Apa? Blorong? Di mana itu?
R : “Goa Rong. Lo udah lewatin Rawa Pening? Gw sebelum jembatan”
I : “Oh, kita belum lewatin jembatan”
R : “Yaudah lo maju lagi, gw ada di pinggir jalan”
Melajulah motor yang gw kendarain bareng Mamie. Karena Mamie masih terlihat kurang mood, dia ikut aja. Dan mulai bingung ini mau ke mana kok kayaknya jauh banget mau cari tempat nongkrong (read:cafe).
Ketemu Rohmah lah kita, dan masuk ke wilayah “Goa Rong”.
I : “Mi, ke Goa Rong ngapain ya?” “Emang tempat nongkrongnya di sana? Kok jauh banget ya?”
E : “Nggak tahu Ni, kan lo yang ngomong sama Rohmah.”
I : “Wah,  Nongkrong jadi Goa Rong?”
Ahhh… sudahlah, kita kok lucu banget sih,,hhaaa. Ngakak lah kita sesampai di Goa Rong. Akhirnya kita nongkrong di Goa Rong.

Numpang sholat Ashar, makan sosis bakar, beli kacang rebus, dan numpang foto-foto pastinya. Soalnya, mau naik ke objek wisatanya Goa Rong (melihat sunset) kayaknya jiwa dan raga udah nggak kuat. Perjalanan pulang, dan ditutup dengan makan bakso rusuk. Kata ‘rusuk’nya dicoret karena bakso rusuknya sudah habis, jadi kita makan bakso biasa aja deh. Setelah makan, kita pulang dan istirahat. Ya, walaupun tidurku agak kurang ‘enak’, mungkin karena “hal-hal“ yang terjadi hari ini (read:kecapean kali). 
Apapun yang telah kita lalui hari ini, terimakasih untuk kalian. Kalian menerimaku apa adanya, baik dan buruknya. Terimakasih sudah mau menerima kekonyolan saya apa adanya. Terimakasih kalian sudah mau berada di sisi si introvert ini. Love you because Allah.  
Hari kelima. Hari ini Rohmah mengantarkan kakek dan neneknya ke Rumah Sakit untuk membesuk kakeknya (yang lain lagi) di RSUD Salatiga. Jadi, tinggallah gw sama Mamie tinggal berdua di rumah. Eh, nngak deng, sama ayam-ayam juga. Kadang ‘ditengok’ Sugeng juga. Eitt.. siapakah Sugeng itu? Dia itu tetangga neneknya Rohmah yang usianya sudah tiga puluhan, dan dia menyandang tunagrahita berat. Sebenarnya kasihan lihat dia, tinggal sendirian di rumah yang besar, tanpa listrik pula. Sepertinya dia sedih saat kita-kita mau pulang ke Bekasi lagi. Dia masuk ke pekarangan rumah dan melihat kita sudah siap pergi, bye-bye Sugeng.
Yups, di hari keenam, kita bergegas pulang kembali ke Bekasi. Ahh… kangen seminggu ada di tempat lain. kangen ibu, kangen Ikhsan, kangen kasur, *kangen kamar mandi di rumah juga, hhaa. Sebelum pulang neneknya Rohmah terlihat memberi wejangan ke Rohmah. Kita ‘memberi’ waktu kepada mereka untuk interaksi, antara nenek dan cucunya, mengingat hari ini kita mau pulang. Neneknya Rohmah baik banget, kita dikasih oleh-oleh makanan khas sana. Namanya lempeng, seperti opak. Itu buatan nenek Rohmah sendiri lho. Makasih banyak, maaf merepotkan. Terimakasih telah diterima di rumah nenek selama seminggu ini.
Perjalanan pulang kita mulai dengan diantar ke Terminal Tingkir naik sepeda motor. Kita berangkat dari rumah jam Sembilan pagi dengan estimasi sampai Semarang jam dua belas siang. Dari TIngkir kita naik mini bus dan sampai Stasiun Semarang Poncol sesuai perkiraan. Sholat Dzuhur dulu dan makan siang. You know? Makan siangnya di tempat kita makan di hari pertama. Makan soto.
         Jam satu kita check in Stasiun. Sempat nunggu kereta Tawang Jaya, karena belum ada di stasiun. Di sela-sela nunggu, kita ketemu lagi sama seorang ibu-ibu yang duduk di samping kita waktu di kereta Jakarta-Semarang. Setelah kereta datang, kita harus berjalan ke gerbong kedua dari belakang, gerbong tiga belas. Agak capek sih jalannya, mengingat barang bawaan yang nggak sedikit.
Tapi, rasa capek itu hilang. Tergantikan dengan kenangan-kenangan indah, liburan bersama kalian. Semoga perjalan ini meningkatkan keeratan persahabatan ini. Ku akan mengingat perjalanan ini sebagai anugerah yang indah. Terimakasih sudah mau bersama melalukan perjalanan ini.
Memang benar, persahabatan adalah kado terindah yang Allah berikan kepada kita. Walau tak terucap, tapi kalian harus tahu, kusayang kalian. Sekali lagi terimakasih atas segalanya.
#Jangan kapok ya trip sama saya. 

 NB: makasih support handphone Len*vo punya mamie, bersedia buat diletakkan di jalanan untuk pengambilan gambar.. hhee

Powered By Blogger