Hari ini tanggal 8 November 2012, tepat setengah abad Ibuku
melakukan perjalanan di dunia fana ini. Lima puluh tahun dan semoga masih
panjang lagi perjalanannya, untuk menemaniku selalu. Aamiin…. #Entah apa yang
terjadi jika beliau tidak ada, dan aku tidak ingin membayangkannya.
Aku adalah anak perempuan pertama dan satu-satunya. Aku paling
dekat dengan Ibuku. Dengan Bapak tidak terlalu dekat. Untuk melakukan aktivitas
bersama ibu adalah sesuatu yang dapat ditebak harinya, kalau tidak Sabtu ya
Minggu. Dari aku kecil, Ibu selalu bekerja dari pagi sampai malam, berangkat
lagi pagi, dan seterusnya. Walaupun
demikian, setiap waktu yang tersedia akan beliau manfaatkan untuk bersama
dengan anak-anaknya.
Aku sangat bangga dengan beliau. Karena terlalu bangganya
dengan beliau. Saat kecil (cerita ibu), aku ditanya tentang cita-cita.
“Ika, kalau sudah besar mau jadi apa?”
“Mau jadi kayak Ibu” (kepolosan
seorang Uni)
Ibuku tidak ingin anaknya menjadi sepertinya.
Beliau ingin, anak-anaknya bisa menjadi yang “lebih” daripada orangtuanya.
Tidak seperti masa kecilnya yang penuh kesulitan. Ceritanya akan masa kecil
akan selalu membuat air mataku menggenang (tapi selalu kutahan).
Menurut ceritanya, untuk dapat bersekolah, itu merupakan hal
yang sulit. Setiap pagi ia harus berjalan berpuluh kilometer untuk sampai ke
sekolahnya. Dari Kaliwungu Lor (wetan kali) sampai ke Ngombol. Saat SMEA lebih
jauh lagi, bersepeda sampai ke Purworejo. Tapi hal-hal sepertin itu tidak
menyulutkan niatnya untuk sekolah. Aku bangga karena pada saat itu pendidikan
dianggap bukanlah hal yang penting untuk para wanita, dan Ibuku melakukan
kebalikannya.
Selain mengenai jarak tempuh yang jauh untuk dapat mengakses
pendidikan, hal lain yang sedikit menyulitkan adalah tentang biaya pendidikan itu
sendiri. Aku tidak tahu berapa tepatnya uang yang harus beliau keluarkan.
Beliau bercerita bahwa untuk mendaftar sekolah saja, ia harus menjual padi yang
ia ambil dari gudang, dan sekali lagi, tempat menjualnya tidaklah dekat. Hal
ini ia lakukan karena orangtuanya berprinsip bahwa anak perempuan hanya akan ada
di dapur, dan sekolah adalah hal yang tidak diperlukan. Mbah kakung yang
notabene adalah ayah dari Ibuku tidak pernah membiayai sekolah kecuali untuk
anak bungsunya. Ia Om-ku. Mbah sangat sayang kepada Omku yang satu ini. Semua
yang dia minta akan mudah ia dapatkan. Ia menjadi sarjana jurusan Bahasa
Inggris. Satu-satunya saudara Ibu yang memiliki gelar Sarjana.
Yang aku tahu, Ibuku adalah empat bersaudara. Beliau itu anak
ke.. ke berapa ya? Dua atau tiga ya? Aku bingung, karena Ibuku adalah anak
kembar. Pariyah dan Pariyem. Tapi ada sedikit ketidakpahamanku tentang nama
ini. Jika ku bertanya pada bude (kembaran Ibu), nama Ibu adalah Pariyem, tapi
kenapa sampai sekarang, di KTP, di KK, dan kartu identitas lainnya, namanya
adalah Partiyem. Entah mana yang harus kubenarkan (mungkin harus lihat Akta
Kelahirannya ya?)
Ibu dan Bude Kembar euy.. |
Kembali kepada pendidikan yang telah ditempuh oleh Ibu, beliau
hanya sekolah sampai SMEA. Berbeda dengan bude yang dinikahkan ketika SD atau
SMP (lupa euy). Dan akhirnya anak terakhir bude berbeda sekitar enam tahun
lebih tua dariku. Jauh sekali jaraknya. Saat masa-masa sekolah Ibu adalah siswi
yang cerdas, dan kuakui sampai sekarang akan kecerdasannya. Nilainya selalu
baik, hampir sempurna jika dengan angka mencapai rata-rata 99 (lebay ya..). Dan
semoga kecerdasannya menurun kepadaku, hhheee
aamiin
Ibuku adalah Ibu terhebat yang pernah kumiliki. Aku senang
masih dapat mengahabiskan waktu kosong kami dalam kebersamaan. Bersepeda
bersama saat hari libur, belanja ke pasar bersama (ya walaupun harus jadi
kuli), mencuci baju bersama, makan bersama, dan tidur bersama, serta hal-hal
lain yang masih selalu kuinginkan untuk selalu bersamanya.
Aku sangat mencintaimu ibu, walaupun kata-kata itu jarang
sekali kuucapkan secara langsung, tapi yakinlah aku benar-benar mencintaimu,
menyayangimu. Aku juga tahu ibu sangat mencintai kami. Maafkan aku karena aku
belum bisa membahagiakanmu, maafkan aku karena aku belum bisa menjadi apa yang
kau inginkan. Maafkan aku karena di usiamu saat ini kau masih belum bisa
menikmati hari tuamu, maafkan aku karena sampai saat ini kau masih harus terus
berjuang banting tulang demi keluarga. Maafkan aku ibu…
Kue Ulang Tahun buatanku dan adik-adikku. Pagi-pagi bangunin ibu buat tiup lilin. |
“Ya Allah ampunilah dosaku, ampunilah dosa kedua orangtuaku,
sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil”
“Berilah ibuku umur yang panjang, berilah kesehatan kepada
beliau, berilah segala kebaikan kepadanya. Ijinkanlah hamba untuk membahagiakan
beliau, ijinkan beliau untuk dapat pergi ke tanah suci” aamiin
Aku sayang sama ibu.. :)
0 komentar:
Posting Komentar