Assalamu’alaikum
Selamat malam para
blogger.. hari ini mau sedikit update
nih.
Minggu ini
adalah minggu pertama perkuliahan di Universitas Negeri Jakarta, khususnya
untuk jurusan Pendidikan Luar Biasa, tempatku menyelami dunia pendidikan
khusus.
Kebiasaan
di awal semester baru adalah molornya permulaan perkuliahan. Beberapa dosen
menginginkan perkuliahan baru dimulai minggu depan. Ya sudahlah, ikuti saja
kata Bapak dan Ibu dosen.
Tetapi ada
yang lain. Tidak semua dosen menunda awal perkuliahan, salut deh buat
dosen-dosen jempol seperti beliau-beliau. Tanggung jawabnya patut dicontoh para
pendidik.
Hari ini
aku bertemu kembali dengan mata kuliah pembelajaran anak kesulitan belajar
akademik. Bertemu kembali karena memang semester sebelumnya sudah pernah tetapi
dengan dosen yang berbeda dengan yang sekarang. Ya sudahlah anggap saja akulah
si korban dari *********… #sebut saja dia bunga.
Ketertarikan dengan ‘kesulitan
belajar’ semoga mendapat ridho Allah. Aamiin
J J J
Kata-kata
itu muncul kembali. Terdengar bahwa..
“kesulitan belajar bukanlah penyakit, itu adalah sebuah keadaan”
“begitu juga dengan down syndrome, tunanetra, tunarungu, hal itu tidak dapat disembuhkan karena hal itu memang bukan penyakit”
“kesulitan belajar bukanlah penyakit, itu adalah sebuah keadaan”
“begitu juga dengan down syndrome, tunanetra, tunarungu, hal itu tidak dapat disembuhkan karena hal itu memang bukan penyakit”
Iya ya,
hal-hal tersebut adalah suatu kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
bagaimana dengan adanya kondisi tersebut, dapat dioptimalkan semua potensi diri
yang ada.
Seberapa
banyak pihak-pihak yang mempromosikan suatu produk dapat menyembuhkan
disleksia. #kalau benar-benar ada sini, murid-murid dengan disleksia langsung
dioper deh,, hhhheee *kidding
#Kembali kepada anak
kesulitan belajar.
Kepikiran sama tugas.
*mencari anak
kesulitan belajar, lalu lakukan asesmen, dan buat programnya*
Mencari
anak yang benar-benar kesulitan belajar. Bukan anak kesbel jadi-jadian. Sesuai dengan
definisi dari para ahli.. intinya anak kesulitan belajar (learning
disabilities) dengan IQ diatas rata-rata dan memiliki problem belajar (membaca,
menulis ataupun matematika), bukan karena ada hambatan fisik tetapi
diindikasikan karena adanya factor disfungsi system saraf pusat.
Menurut
pengamatan selama ini, di sekolah-sekolah inklusi, yang dianggap kesulitan
belajar adalah murid yang memiliki hambatan belajar (kebanyakan karena skor
IQnya rata-rata bawah *90an).
Apakah benar-benar ada
anak yang kesulitan belajar??? Apakah kesulitan belajar adalah hanya sebutan
lain untuk anak tunagrahita??? Apakah kesulitan belajar hanyalah mitos??
0 komentar:
Posting Komentar