SIMPAN
ALL ABOUT OT: SENSORI INTEGRASI: Apa sih Sensori integrasi Itu ?
Mengapa Sensori integrasi pen...
ALL ABOUT OF: SENSORI INTEGRASI
Oktober
20
Ika Uni Pratiwi | 15.04 | | 0 komentar
Sensori Integrasi
Oktober
02
Ika Uni Pratiwi | 21.55 | Tetes Info Dunia Spesial | 0 komentar
postingan di bawah ini saya copy dari blog Elis Lindawati.. #buat ninggalin jejak di blog ini, karena lagi cari-cari info tentang SI.. :P
Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi
Resume
Sensori Integrasi: Dasar dan
Efektivitas Terapi
Jurnal IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Tahun 2011
Terapi Sensori Integrasi sebagai
bentuk okupasi dan treatment pada anak dengan kondisi tertentu seringkali
digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya perbaikan, baik untuk perbaikan
gangguan perkembangan atau tumbuh kembang atau gangguan belajar, gangguan
interaksi sosial, maupun perilaku lainnya.
Sensori integrasi merupakan suatu
proses mengenal, mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk
menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku Adaptif Bertujuan”.
Dasar Teori Sensori
Intergrasi
Dasar teori sensori integrasi yaitu:
v
Adanya plastisitas sistem saraf pusat
v
Perkembangan yang bersifat progresif yaitu, sensori
integrasi terjadi saat anak yang
berkembang mulai mengerti dan menguasai input sensori yang dialami. Contohnya,
fungsi vestibular muncul pada usia gestasi 9 minggu dan membentuk refleks Moro,
sedangkan input taktil mulai berkembang pada usia gestasi 12 minggu untuk ekplorasi
tangan dan mulut. Sistem sensori akan terus mengalami perkembangan sejalan
dengan bertambahnya usia anak.
v
Teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat
Pada teori sistem dan organisasi sistem
saraf pusat, proses sensori integrasi terjadi pada tingkat batang otak dan
subkortikal. Proses yang lebih tinggi di tingkat kortikal diperlukan untuk
perkembangan praksis dan produksi respons adaptif.
v
Respon adaptif
Respons
adaptif ini bervariasi pada setiap anak yang bergantung pada tingkat
perkembangan, derajat integrasi sensori, dan tingkat ketrampilan yang tercapai
sebelumnya. Respons adaptif mencerminkan kemampuan anak menguasai tantangan dan
hal-hal baru.
v
Dorongan dari dalam diri
Konsep ini
merupakan hal terpenting dalam perkembangan sensori integrasi, bagaimana
dorongan ini muncul dari dalam diri yang terwujud dalam bentuk kegembiraan dan
eksplorasi lingkungan tanpa lelah. Tetapi motivasi internal ini kurang atau
tidak dimiliki oleh anak dengan gangguan disfungsi sensori integrasi.
Gangguan Pemrosesan
Sensori
Sensor Intergrasi (“SI”) terjadi
akibat pengaruh input sensori, antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil,
vestibular, dan proprioseptif. Proses ini berawal dari dalam kandungan dan
memungkinkan perkembangan respons adaptif, yang merupakan dasar berkembangnya
ketrampilan yang lebih kompleks, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan
berhitung. Gangguan dalam pemrosesan sensori ini dapat menimbulkan berbagai
masalah fungsional dan perkembangan yang dikenal sebagai disfungsi sensori
integrasi. Prevalens gangguan proses sensori makin kecil peluangnya pada anak
tanpa catat 5%-10%, tetapi makin besar peluang terjadi prevalens pada anak
dengan kecacatan 40%-88%.
Pada keadaan gangguan proses
sensori, input sensori dari lingkungan dan internal tubuh bekerja secara
masing-masing, sehingga anak tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa
yang harus dilakukan. Tahapan proses sensori meliputi pengenalan, orientasi, interpretasi dan organisasi. Konsep progresi perkembangan,
sensori integrasi terjadi saat anak yang berkembang mulai mengerti dan
menguasai input sensori yang dialami. Mispersepsi dapat menimbulkan berbagai
gangguan perkembangan dan perilaku.
Gangguan pemrosesan sensori ini dibagai
ke dalam klasifikasi diagnostik sbb;
·
Classification of Mental Health and Development
Disorders of Infancy and Early Childhood (revised),
·
Diagnostic
Manual for Infancy and Early Childhood darithe Interdisciplinary Council on
Developmental and Learning Disorders,
·
Psychodynamic Diagnostic Manual.
Gangguan pemrosesan
sensori terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1.
Sensory modulation disorder (SMD), Pada SMD anak
mengalami kesulitan berespons terhadap input sensori sehingga memberikan
respons perilaku yang tidak sesuai dengan Sensory modulation disorder terbagi
menjadi tiga subtipe, yaitu:
·
Sensory Overresponsive (SOR), response terhadap
sensasi lebih cepat, intens dan lebih lama dari sewajarnya.
·
Sensory Underresponsive (SUR), kurang response/tidak
memperhatikan rangsangan sensori dari lingkungan. Menyebabkan apatis atau tidak
memiliki dorongan untuk memulai sosialisasi dan eksplorasi.
·
Sensory Seeking/Craving (SS), seringkali merasa tidak
puas dengan rangsangan sensori, cenderung mencari aktivitas yang sensaional.
1.
Sensory-Based Motor Disorder (SBMD), pada sensory ini anak
memiliki gerakan postural yang buruk. Pada disfungsi ini anak mengalami
kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal dari sistem
proprioseptif dan vestibular. Pada SBMD mempunyai dua subtipe, yaitu:
·
Dyspraxia, anak memiliki
gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru juga memiliki koordinasi
yang buruk pada ranah oromotor, motorik kasar dan halus.
·
Postural Disorder, anak
mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun beristirahat.
Anak dengan gangguan postural biasanya tampak lemah, mudah lelah, dan cenderung
tidak menggunakan tangan yang dominan.
2.
Sensory discrimination disorder (SDD), pada sensory ini anak mengalami
kesulitan dalam menginterpretasikan kualitas rangsangan sehingga tidak dapat
membedakan sensasi yang serupa. SDD pada sistem visual dan auditory dapat
menyebabkan gangguan bahasa dan belajar, sedangkan SDD pada sistem taktil,
proprioseptif dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.
Psinsip
Terapi Sensori Integrasi
Terapi sensori integrasi menekankan
stimulasi pada tiga indra utama, yaitu taktil, vestibular, dan proprioseptif.
Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familiar dibandingkan indera pengelihatan
dan pendengaran, namun sistem ini sangat penting karena membantu interpretasi
dan respons anak terhadap lingkungan.
Sistem
Taktil
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar
yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap
rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri
dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif, yang bekerja sama dalam
melakukan tugas dan fungsi sehari-hari. Hipersensitif terhadap stimulasi
Taktil
yang dikenal dengan tactile defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi
terhadap sentuhan, berupa respons menarik diri saat disentuh, menghindari
kelompok orang, menolak makan makanan tertentu atau memakai baju tertentu,
serta menggunakan ujung-ujung jari, untuk memegang benda tertentu.
Bentuk lain disfungsi ini adalah
perilaku yang mengisolasi diri atau menjadi iritabel. Bentuk hiposensitif dapat
berupa reaksi kurang sensitif terhadap rangsang nyeri, suhu, atau perabaan
suatu obyek. Anak akan mencari stimulasi yang lebih dengan menabrak mainan, orang,
perabot, atau dengan mengunyah benda. Kurangnya reaksi terhadap nyeri dapat
menyebabkan anak berada dalam bahaya.
Sistem
vestibular
Sistem vestibular terletak pada
telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan
posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus otot, keseimbangan, dan
koordinasi bilateral.
Tanda tanda anak yang hipersensitif
terhadap stimulasi vestibular mempunyai respons fight atau flight antara lain ;
anak takut atau lari dari orang lain,anak
bereaksi takut terhadap gerakan sederhana,
peralatan bermain di tanah, atau berada di dalam mobil.
Sistem
Propioseptif
Terdapat
pada serabut otot, tendon dan ligamenyang memungkin anak secara tidak sadar
mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Contoh dari sistem ini adalah gerakan
motorik halus, antara lain menulis, mengangkat sendok dan mengancingkan baju. Hipersensitive
terhadap sistem propioseptif menyebabkan berkurangnya kemampuan menginterpretasiklan
umpan balik/feed back dari setiap gerakan dan tingkat kewaspadaan yang relative
rendah . Tanda disfungsi sistem proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan
untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang berantakan, dan kesulitan
memanipulasi objek kecil, seperti kancing. Hiposensitif sistem
proprioseptif menyebabkan anak suka
menabrak benda, menggigit atau membentur benturkan kepala.
Efektivitas
Terapi Sensori Integrasi
Terapi sensori intergrasi
memperlihatkan adanya manfaat untuk anak dengan retardasi mental ringan,
autisme, dan gangguan pemrosesan sensori. Meskipun dalam beberapa literatur
efektivitas terapi SI dinyatakan tidak lebih baik daripada terapi alternatif,
akan tetapi beberapa
penelitian membuktikan bahwa efektivitas terapi SI berhasil pada anak-anak
dengan retardasi mental ringan, autism spectrum disorder dalam mengoptimalkan
pemrosesan sensori dan respons motorik. Penelitian juga menunjukkan terapi
sensori integrasi ini juga efektif pada anak ADHD dalam mengurangi kesulitan
pada gangguan Sensory Motor Disorder (SMD).
Terapi sensori integrasi banyak digunakan untuk tata laksana anak dengan
gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku. Elemen inti terapi
sensori integrasi yang terdiri dari 10 elemen, belum diterapkan pada
sebagian besar (94%) penelitian yang menggunakan prinsip terapi sensori
integrasi. Penelitian yang lebih baru menunjukkan adanya manfaat dari
terapi Sensori Integrasi untuk anak dengan retardasi mental ringan,
autisme dan gangguan proses sensori.sumber: http://elislindawati.blogspot.co.id/2014/06/resume-sensori-integrasi-dasar.html
Ada pesan dari Bapak Dokter nih...untuk orangtua dari anak dengan autism
Agustus
03
Ika Uni Pratiwi | 20.51 | Tetes Info Dunia Spesial | 0 komentar
Assalamu’alaikum wr…wb…
Selamat malam para blogger… mau update dikit nih..hhhee
Berkenaan dengan Anak Berkebutuhan Khusus, khususnya lagi untuk anak
dengan autism..
Ini adalah catatan dari seorang dokter yang menangani
anak dengan autism. Untuk Semoga bermanfaat.
Pesan Untuk Orangtua
Bagi
orangtua yang anaknya baru saja didiagnosis autisme, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Jika orangtua tidak faham apa itu autisme, mungkin
diagnosis autisme tidak berpengaruh pada orangtua. Namun jika orangtua tahu
atau kemudian tahu atau faham tentang autisme, maka akan terjadi suatu
rangkaian reaksi yang disebut sebagai coping-mechanism yaitu sebagaimana yang
umum terjadi pada seseorang dalam menghadapi/mengalami suatu kenyataan berat
seperti misalnya saat seseorang diberitahu menderita kanker, atau saat
seseorang kehilangan orang yang dicintainya, dan lain sebagainya.
Reaksi/respons
yang pertama terjadi adalah awalnya orangtua akan syok, kaget, dan tidak
percaya serta mempertanyakan diagnosis. Bisa jadi kemudian orangtua mencari
second-opinion dari dokter yang lain, bahkan mungkin tidak cukup 1-2 dokter
saja. Hal ini bisa menyebabkan tertundanya intervensi dini yang sangat
dibutuhkan oleh anak autistik. Hal yang berbahaya ialah jika dalam perjalanan
shopping dokter ini, kemudian bertemu dengan dokter yang tidak menguasai
autisme tetapi dengan menyakinkan mengatakan bukan autisme, sehingga
menyebabkan orangtua tidak lagi mencoba mencari tahu atau mendapatkan
diagnosis.
Namun
orangtua yang memperhatikan anaknya, kemudian akan menyadari bahwa anak
autistiknya memang benar-benar berbeda dengan anak sepantarannya seumumnya,
apakah itu dibandingkan dengan kakaknya waktu seumur anaknya yang sekarang,
atau dibanding sepupu anaknya, atau dibanding anak teman atau tetangga. Yang
pasti orangtua yang memperhatikan anaknya akan melihat perbedaan tersebut, dan
atau menyadari bahwa anak autistiknya tidak juga mengalami kemampuan yang
diharap-harapkan misalnya tidak juga anak berbicara, dan atau semakin jelas
terlihat perilaku autistiknya. Jika kemudian orangtua melanjutkan lagi shopping
dokter untuk mendapatkan diagnosis, dan kemudian mendapati dokter yang bisa
menyakinkan atau bisa memberi diagnosis dengan yakin dan benar serta disertai
dasar-dasarnya, maka mungkin rangkaian respons/reaksi berikutnya yaitu marah
dan menyalahkan.
Pada
rangkaian respons yang berikut ini orangtua akan marah terhadap berbagai hal
dan menyalahkan segalanya. Mungkin marah dan menyalahkan diri sendiri, atau
saling menyalahkan antara suami-istri atau terhadap orang lain. Bahkan mungkin marah
kepada Tuhan yaitu kenapa diberi anak autistik, why me?!
Setelah
terjadinya respons/reaksi marah dan menyalahkan, hal yang berikut yang terjadi
yaitu penyangkalan (denial). Dalam tahap ini orangtua belum bisa menerima bahwa
kenyataannyalah anak mereka autistik, sehingga bukannya berjuang (fight) untuk
mengatasi autistik anak mereka, tetapi melakukan pelarian (flight) dari
kenyataan berat/pahit ini yaitu dengan menyakinkan diri sendiri bukan autistik.
Bahaya pada tahap ini adalah jika penyangkalan ini diperkuat oleh orang lain,
baik itu dokter/profesional ataupun bukan yang menyatakan bahwa anaknya bukan
autistik. Orangtua dapat tertahan/terperangkap di dalam fase penyangkalan ini,
yang akhirnya tidak melakukan usaha-usaha apapun.
Jika
fase penyangkalan (denial) dapat terlampaui, maka tahap berikutnya adalah fase
bertanya-tanya yaitu orangtua mencari tahu, mencari lebih banyak lagi informasi
tentang autisme dan diagnosis autisme. Yang akhirnya orangtua pasrah dan dapat
menerima kenyataan yang sebenarnya. Beruntunglah orangtua yang bisa melalui
fase-fase tersebut dan mencapai fase penerimaan/menerima (acceptance).
Perlu
diketahui bahwa untuk masing-masing orang, tahap-tahap sampai dengan penerimaan
ini berbeda-beda, baik berbeda dalam hal reaksi.respons yang keluar/tampak,
maupun dalam lamanya masing-masing fase berlangsung. Ada orang yang bisa
melalui seluruh fase ini dengan cepat sampai dengan ke fase penerimaan, namun
ada pula yang melalui dengan lambat di satu dua fase ini ataupun seluruh fase
ini. Ada juga orang yang tertahan/terperangkap dalam suatu fase, yaitu mungkin
tidak percaya terus, mungkin marah terus, atau menyangkal terus, atau mungkin
bertanya-tanya terus. Jika kita mengalami hal ini, maka sudah seharusnyalah
terlebih dahulu kita yang mendapat terapi. Salah satu terapi yang berperan
untuk penerimaan ini adalah terapi rohani, yaitu mendekatkan diri kepada Allah,
sabar dan tawakal, serta harus yakin terhadap taqdir berupa qodar baik dan
“buruk” yang sudah digariskan oleh Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu yang
berasal dari Allah pastilah baik, pastilah Allah mempunyai rencana mengapa kita
dianugerahi anak autistik, dan rencana Allah pastilah baik. Tidak pernah
rencana Allah jelek atau menzhalimi umatNya, karena boleh jadi yang tidak kita
sukai/kehendaki sebenarnyalah baik bagi kita (sedangkan yang kita
sukai/kehendaki sebenarnya tidak baik bagi kita). Minimal, bahwa kita diberi
kepercayaan yang besar oleh Allah untuk mengurus dan menjaga seorang anak
spesial ini. Jika kita diberi kepercayaan oleh atasan di tempat kerja kita saja
bangga, diberi kepercayaan oleh seorang manusia saja kita berbangga, nah sudah
seharusnyalah dan sepatutnyalah jika kita teramat sangat-sangat-sangat bangga
diberi kepercayaan oleh Pencipta dan Penguasa seluruh alam semesta ini.
Jadi,
bagi orangtua, jangan membuang-buang waktu, tidak perlu lagi coba-coba metode
lain yang tidak mempunyai dasar ilmiah, dan/atau belum ada penelitian yang
membuktikan efektivitas dan efisiensinya. Saat ini sudah ada metode ABA yang
(almost) perfect seperti yang dikemukakan pada baris-baris sebelumnya, di
samping juga adanya Biomedical Intervention yang bukan merupakan ilmu baru dan
bukan ilmu alternatif, tetapi merupakan ilmu kedokteran mainstreaming karena
dasar-dasar ilmiahnya serta praktek-prakteknya adalah dari ilmu-ilmu kedokteran
yang sudah ada. Seorang sahabat yang anak autistiknya sudah cukup besar pada
tahun 2000 mengatakan kepada penulis bahwa “mungkin apa-apa yang kita rintis
sekarang ini bukan untuk anak-anak kita, tetapi pastilah orang-orangtua dan
anak-anak mereka sesudah generasi kita ini akan menikmati buah/hasil dari
rintisan kita saat ini”.
Jadi,
intinya pesan bagi orangtua yang anaknya didiagnosis autisme, adalah:
1. Ketahui dan sadari bahwa ada suatu
mekanisme yang merupakan suatu refleks tubuh dalam menghadapi suatu kenyataan
yang berat.
2. Jangan sampai berlama-lama apalagi
tertahan pada suatu fase yang menyebabkan tertundanya anak mendapat intervensi
dini yang sesuai. Mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli di bidang
kejiwaan/psikologi, bila perlu orangtua mendapat obat-obat yang sesuai. Terapi
yang jangan dilupakan dan yang terpenting adalah terapi rohani.
3. Jika lingkungan melihat orangtua tidak
dapat menerima kenyataan (tidak mencapai tahap penerimaan) dengan segera (atau
suami/istri mengetahui bahwa kondisi pasangannya adalah demikian), maka
sebaiknya menolong dengan misalnya menghubungi alim-ulama/pemuka-agama yang
“suaranya (nasihatnya) didengar” oleh orangtua tersebut.
4. Setelah melewati masa berduka ini,
segeralah mempelajari segala sesuatu tentang autisme, dan terutama tentang
terapi yang tepat untuk autisme.
5. Orangtua harus kritis terhadap berbagai
hal, terutama sekali tentang metode terapi dan/atau terapis dan/atau
tempat-tempat terapi.
a. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang
menggunakan metode terapi yang dirancang khusus untuk autistik dan yang secara
ilmiah telah terbukti efektif dan efisien. Karena banyak terapis/tempat-terapi
yang tidak menggunakan metode tertentu, atau metode yang bukan dirancang untuk
autisme, atau metode yang tidak ada dasar ilmiahnya maupun tidak ada penelitian
ilmiah yang membuktikan metode itu efektif dan efisien.
b. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang
yakin bahwa autisme adalah suatu kondisi yang dapat disembuhkan. Oleh karena sementara
ini ada orang-orang yang masih mempunyai keyakinan bahwa autisme tidak bisa
sembuh/disembuhkan. Orang-orang seperti itu pastilah tidak akan serius
menangani anak autistik kita, oleh karena mungkin mereka akan berpikir “serius
tidak serius, toh tidak akan sembuh, jadi lebih baik santai sajalaaah...”.
Hanya mereka yang yakin bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan yang akan
“jumpalitan” mengerahkan segala tenaga dan kemampuan dalam menangani anak-anak
autistik kita.
c. Tanyakan assessment (penilaian) sebelum
terapi dimulai. Tanyakan kurikulum/program/aktivitas yang akan
dilakukan/diterapkan pada anak kita. Teliti dan tanyakan kaitan antara
assessment dengan kurikulum/program.aktivitas, yang seharusnya link and match.
Karena banyak yang melakukan terapi tanpa melakukan assessment, ataupun
assessment hanya dilakukan sekedar formalitas sehingga
kurikulum/program/aktivitas tidak berdasarkan hasil assessment yang baik dan
benar.
d. Orangtua jangan malu/kuatir dikatakan
cerewet, oleh karena sepenuhnya hak orangtua untuk diberi informasi yang cukup
dan menanyakan berbagai hal yang ingin diketahuinya dan/atau tidak
dimengerti/difahaminya, sebelum terapi dilakukan, yang mana merupakan bagian
dari informed-consent.
6. Bergabunglah dengan kelompok orangtua
yang mempunyai keyakinan bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan, sehingga tidak
merasa sendirian di dunia ini, serta dapat berbagi suka-duka serta
pemecahan/mengatasi masalah. Pengalaman-pengalaman positif dari orang-orangtua
yang lebih dahulu menangani anak autistik mereka, akan sangat bermanfaat bagi
kita sehingga menghemat waktu yang sangat berharga ini dalam penanganan anak
autistik kita.
7. Penanganan penyandang autisme secara
serius dengan ABA dan Biomedical Intervention, akan menguras banyak waktu,
tenaga, dan perhatian. Tetapi jangan dilupakan bahwa kita sebagai orangtua
adalah juga manusia biasa, yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan
kekurangan. Mungkin kita tidak termasuk manusia super, sehingga konsentrasi
kita terhadap penyembuhan anak autistik kita akan menguras banyak enerji dan
kapasitas mental kita. Sehingga akhirnya bisa terjadi suatu kondisi yang
disebut sebagai burn-out. Yaitu sampai batas kemampuan kita terlampaui, maka
kita akan jenuh, sehingga kita jadi tidak melakukan apapun. Tidak bisa melakukan
apapun, tidak mampu melakukan apapun, tidak mempunyai semangat serta gairah
untuk melakukan apapun. Ujung-ujungnya malah yang tadinya kita top-full-speed,
malah menjadi seperti menelantarkan anak spesial kita itu.
Jadi,
untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka kita perlu meluangkan suatu
waktu atau suatu hari untuk “berlibur”, Me-Day, hariku, hari khusus untuk
diriku. Bisa saja itu sehari penuh atau kurang, namun intinya adalah break,
istirahat, luangkan waktu untuk diri kita, tinggalkan sementara semua
persoalan, semua kepusingan, semua kekacauan, semua kecemasan, semua
gundah-gulana, dll.
Luangkan
waktu sejenak untuk diri kita saja, bersenang-senanglah, hiburlah diri kita,
agar supaya kita kembali segar, kembali di-charge, kembali semangat, kembali
bergairah untuk kembali menangani anak spesial kita. Hal ini tidak identik
dengan kita perlu mengeluarkan biaya yang besar, mungkin saja hanya sekedar
duduk di pinggir pantai, mendengarkan debur ombak, sambil makan makanan kecil,
menikmati minuman ringan, dan memandangi tenggelamnya matahari. Pokoknya suatu
hal yang kita suka serta menyenangkan dan mungkin seperti yang dulu
kadang/sering kita lakukan. Ini seperti halnya orang bekerja, kenapa harus ada
libur mingguan (hari Minggu atau Sabtu dan Minggu), kenapa perlu cuti tahunan.
Jawabannya adalah untuk refreshing, untuk recharge.
8.
Selain
itu, hal yang penting juga adalah memperhatikan pasangan (suami/istri) kita.
Statistik memperlihatkan bahwa angka perceraian lebih tinggi pada keluarga yang
mempunyai anak autistik, dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai anak
autistik. Di samping itu juga, perlu diperhatikan terjadinya sibling-rivalry
(rivalitas saudara kandung), dimana terjadi kecemburuan pada anak yang non ABK,
oleh karena perhatian kedua orangtuanya tercurah pada anak yang ABK.
Birthday and Eid Mubarak Edition
Juli
06
Ika Uni Pratiwi | 23.16 | Daftar Kekoplakan, MELACUR (MELAkukan CURhat), Muslimah | 0 komentar
Assalamu’alaikum…wr….wb…
Selamat malam.. (Soalnya
yang mpunya blog ngetiknya pas malam hari…) #apasih
Sebelumnya, saya mau
mengucapkan:
“Selamat Hari Raya Idul
Fitri 1437 H”
“Mohon Maaf lahir dan
Bathin”
Hari ini, Rabu, 6 Juli
2016 bertepatan dengan hari raya umat muslim, yaitu Idul Fitri.. yang mpunya
blog lagi mau ngetik nih..
Sebenarnya mau certain tentang
yang ulang tahun. Dua minggu yang lalu, ada yang ulang tahun.. siapakah dia.. ?
*Kota Jakarta
Iya sih, tapi malas ah
menceritakan Kota Jakarta.. hhhee
Yang ulang tahun ya yang
nulis ini.. :P
Ulang tahun yang ke berapa
ya? *Alhamdulillah diberi kesempatan untuk tambah tua.. *semoga ndak tambah
dosa-dosanya :’)
Di tahun ini, saya
bersyukur atas semua rezeki yang Allah berikan. Diberikan umur 2* tahun, saya
bersyukur masih diberi kesempatan untuk bernapas, semoga kesempatan untuk
bernapas diiringi untuk selalu memperbaiki diri dalam hal keimanan.. aamiin..
Bersyukur masih banyak
orang-orang yang menyayangi saya. Alhamdulillah orangtua masih sayang sama
anaknya yang badeur ini. Alhamdulillah
masih dikelilingi teman dan sahabat yang care..
Ya, sebagai manusia biasa
saya harus banyak bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan.. Nikmat Allah
banyak sekali, saya naja ndak bisa hitung berapa banyak nikmat yang Allah berikan
karena saking banyaknya. kalau bukan
karena Allah SWT, saya ndak mungkin akan jadi seperti ini.. J
Hari pada ‘dua minggu yang
lalu’ itu pun masih berada di dalam bulan Ramadhan, tepat 17 Ramadhan, hari
diturunkannya Al-Qur’an.. subhanallah.. *riang tak terkira.. walau saya
menyadari saya masih banyak kekurangan, masih bolong-bolong mempelajari Al-Qur’an
*uni, malu ni,, masa udah setua itu masih bolong-bolong :3
Ndak lupa berdoa supaya
menjadi pribadi yang lebih baik lagi *ya Allah bantu hambaMu memperbaiki diri.
Masih banyak permohonan
kepada Allah tentang usia yang sekarang, doa buat bapak, ibu, dan keluarga. Doa
buat murid-murid, doa buat sahabat, dan banyak deui… *ah..ndak usah disebut
one by one lah.. :P
Mereka yang membuat saya
semangat untuk terus memperbaiki diri. Bersyukur di perjalanan hidup saya,
dipertemukan dengan kalian-kalian semua.. J
Two days after that day.. “Bubun”
alias bu Risci, beliau adalah kepsek TK SBK Rumah Melati.. she’s my new sister.. udah saya anggap sebagai kakak perempuan *abisnya
ndak punya kakak jadi nyari kakaknya di luar rumah deh,, hhee she’s a good sister. I learn a lot from her.
About an education, about life, ooorrr…. About a movie or dorama,,hhhaa… yups,,, dia telah meracuni saya!! Hhaaa
.. and, on that day, she gave me a birthday’s
gift..
Arigato Risci-chan.. *Bener-bener
kan,, unyu juga sih si Sato Takeru-san.. hhhhaaa *maap ya pemirsah
Udah ah, cerita singkat
tentangnya,,hhhaaa ntar kalau dia baca bisa dibully saya..hhhaa
For the next my sisters
from Senior High School of Persada *itu sekolah masih ada ndak ya.. we meet for
iftar and give me a little birthday party..
Semoga persahabatan ini
tak lekang oleh waktu *kayak judul lagu
Daaaannnn….. The Pantarawati… hhaa.. *ya, walaupun
saya ndak berlanjut di Pantara..


Waktu kita
bersama sangat berharga, akan ku ceritakan ke anak-cucu tentang kita.. *trus
kalian nyeletuk “nikah dulu baru punya anak-cucu”
Aahh… akhirnya aku
tersadar akan kata ‘itu’.. saya mah berdoa supaya semua urusan dimudahkan,
termasuk urusan ‘itu’.. begitu pula dengan kalian-kalian sahabatku.. J..
aamiin..aamiin..aamiin.. *kan, nambah
satu lagi doanya, tanda saya mah ndak ada apa-apanya dibandingkan denganMu
#buat yang baca postingan
ini, mohon diaminkan ya doanya.. J
*Do’a yang sama untuk kamu
juga..
Langganan:
Postingan (Atom)