Latahnya Indonesia


Fenomena latah marak terjadi di Indonesia, sepertinya hanya di Indonesia. Latah bisa terjadi pada siapa saja. Mulai dari masyarakat kaya elite sampai masyarakat penghuni gubuk derita. Mulai dari penyandang pekerjaan terpandang sampai pekerja serabutan. Baik laki-laki maupun perempuan, orang tua sampai bocah ingusan.
Latah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (tapi kamusku bentuknya kecil ya??), latah adalah pembicaraan yang tidak disengaja karena terpengaruh omongan orang; pembicaraan yang tidak disengaja dan menjadi kebiasaan.
Yang biasa kita dengar adalah latah secara lisan, sampai-sampai ada artis yang terkenal akan kelatahannya. Mpok Atik salah satunya. Biasanya mereka mengeluarkan kata-kata yang tak layak. Jika anda sering memperhatikan mereka, coba saja kagetkan mereka, kata-kata apa saja yang mereka lontarkan?.
Perlatahan menjadi bervariasi ketika konteksnya diperluas, bukan pada latah lisan saja. Bagaimana jika konteks perlatahan di bidang tindakan? Sedang marak-maraknya fenomena latah di Indonesia. Warganya senang terbiasa dengan keadaan ini. Seperti yang telah disebutkan di awal, para latah-ers bias dari kalangan mana saja, termasuk pada perlatah konteks perilaku.
Pada orang-orang yang mengaku warga elite, contohnya saja jika ada barang baru (yang pasti mahal), mereka ingin memilikinya. Mereka akan berbondong-bondong mengunjungi gedung yang tadinya tempat para penghuni gubuk lusuh yang sekarang gedung bergemerlap (tempat para orang-orang ngaya menabung pada distributor). Latah, ya itulah . .  jika orang lain punya, saya juga harus punya . . (contohnya fenomena BeBe). Latah orang sugih sama dengan perilaku KTT (konsumtif tingkat tinggi).
Bagaimana dengan orang-orang penghuni trotoar jalanan, para penikmat gubuk reot? Analogikan dengan peribahasa ada gula ada semut (hayo apa artinya?). Dimana ada uang disana mereka ada, tentunya tempat yang memungkinkan mereka mendapatkannya sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada. Jika seseorang mendapatkan bantuan dari orang lain yang lebih mampu, mereka akan dengan mudah meminta hak kepada orang mampu itu, beuuh. . . . bahkan berebut. Contohnya saja kejadian pada pembagian sembako, pembagian uang santunan dll. Sebuah ketragisan bangsa ini. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
Latahnya para pejabat, salah satunya latah korupsi (berarti bukan korupsi aja dong). Ada kesempatan, mari kita lakukan. Tidak. . . .tidak. . .(berarti iya) . .#sindir pak babay *iklan dem.krat. . .ckckckck. Dia korupsi, gw juga harus dong, hahahaha. . . giliran ketangkep aja, latahnya juga beradaptasi dong, latah sakit. “maaf pak, saya tidak bisa menghadiri persidangan karena sakit”. Sakit amnesia? Sakit stroke? Sakit apa lo? Sakit jiwa iya. . . Halah speak aja lo! Tidak bertanggung jawab. . .
Kenapa Afriyani gak nabrakin avanza di gedung DePeeR aja ya. . . biar pada modar. . .hhhaaahhaa
Alangkah lucunya (baca:bobroknya) negeri ini!!!
Kembali lagi ke latah, fenomena latah di kalangan masyarakat umum. Bidang industri music (+latah). Latah Band, berubah menjadi latah boyband (baca:KEBOYboyANband). Merasa bagus dan berkualitas, tapi naasnya, dengar saja sendiri dengan telinga anda (jika masih waras ya kupingnya) terutama saat mereka ga lipsing. Demi ingin seperti orang-orang korea, mereka mau seperti itu, sebuah pembodohan diri oleh industri bodoh. Jadilah musisi yang memang benar-benar berkualitas, jika anda belum mampu, tidak perlu terjun ke dunia itu. Hidup janganlah memaksakan diri dengan keinginan orang lain. Kita sendirilah yang memahami kemampuan diri sendiri.
Kelatahan di kehidupan social-ekonomi, dalam hal ini orang Indonesia nomor wahid, raja dan ratunya. Ingin diakui sebagai orang yang mapan, demi sebuah tuntutan kebutuhan (baca: gengsi). Hayo ngaku siapa yang keranjingan sama gadget baru? Yang begitu tahu ada barang baru, yang teman, tetangga, atau musuhnya udah punya barang itu kayak kebakaran kumis karena lo belum punya? Berbondong- bondong menuju tempat perbelanjaan (menabung pada distributor) , rela berdesak-desakan demi membeli barang yang lagi ngetrend? Pada fenomena BB, apa motivasi utama anda ingin memilikinya? Kebutuhan atau demi sebuah gengsi? Rela-relain ga mau kuliah kalau ga dibeliin BB? Ngrengek-ngrengek sama ortu biar dibeliin tanpa melihat kondisi sesungguhnya yang sedang dialami ortu? Kembali lagi, sebuah pembodohan jika anda tidak memikirkan baik buruknya, karena hati anda tertutupi oleh gengsi.
Hai para manusia Indonesia, silahkan anda latah, jenengane yo latah, tak disengaja, tapi yo mbok dicoba dibiasakan untuk latah pada konteks-konteks kebaikan. Latahlah dalam perbaikan SD-SD Negeri yang hamper roboh, SLB-SLB yang tak layak , perbaikan kesejahteraan wong cilik, perbaikan moral diri dan bangsa yang sudah terlanjur bejad, perbaikan kaki bangsa yang pincang karena tak mampu berdiri sendiri . Jangan cuma jago latah pada bidang-bidang ga guna! Latah di bidang korupsi, plagiatisme, pembodohan public, kriminalitas, apa lagi? Kenapa terlalu banyak hal-hal buruk di negeri ini? Astagfirullah . . .  

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger