Demam Boy/Girl band


Demam boyband(keboy-boy-an) dan girlband yang menyerang para ababil negeri ini (dan semoga virus itu akan segera lenyap). Ternyata bukan cuma para ababil yang notabene adalah anak-anak muda kalangan ‘mayoritas’ di Indonesia ini (jadi mereka menganggap diri mereka anak normal), tetapi juga anak-anak didik di kelas Ibu Ika di SLB C Karya Mulya. Anak-anak itu adalah anak Tunagrahita. Walaupun menurut para ahli mereka memiliki IQ (yang katanya mewakili kecerdasan) yang di bawah rata-rata, banyak dari mereka (al anak Down Sindrom) adalah peniru ulung. Apa yang ia lihat akan mereka tiru, mulai dari gerakan, perilaku maupun perkataan.
Sebagai contoh, salah satu anak Down Sindrom di sekolah tersebut yang bernama Fito, ia sering menirukan gerakan yang ia lihat dari ibunya. Adalah gerakan seperti berias, mulai dari seolah-olah memakai bedak, memakai lipstick, sampai memakai eye liner. Haduh, kok yang ia contoh malah hal-hal seperti itu sih, dia kan laki-laki. Gerakan lain yang sering ia tirukan seperti gerakan kakek-kakek yang berjalan membungkuk memakai tongkat, cara duduk guru, dll. Terkadang melihat tingkah lakunya yang dapat dikatakan konyol adalah hiburan tersendiri. Seandainya perilaku yang “baik” yang ia contoh, itu akan menjadi pembelajaran tersendiri baginya. Ingat katanya si mutiara “memberi contoh lebih baik dari pada menasehati”. Hal ini benar lho, terutama saat berhadapan dengan anak-anak Tunagrahita. Percuma anda berteriak-teriak “jangaaann,,,jangannnn”, tapi berikan contoh pada mereka, (walaupun hal ini sulit) maka InsyaAllah sedikit demi sedikit ia akan memahami apa yang sebenarnya kita ingin sampaikan.
#Kembali ke cerita demam boy dan girl band.
Berapa banyak spesies mereka yang tumbuh di Indonesia (walaupun tenggelam kembali). Setiap hari ‘nyampah’ di layar kaca dan so pasti ditonton semua orang yang nongkrong didepannya. Tak terkecuali anak-anak didik di kelasku. Adalah Fahlia dan Salsa.
“kamseuphay…kamse…..u…pay”, fahlia said.
“dag dig dug hatiku…”, Salsa said
Dan kata-kata lainnya yang sering mereka ucapkan, ataupun penggalan lagu yang mereka senandungkan.
“kok kamu ngomongnya gitu?” said me
“putih abu-abu” she said
“kamu sering nonton sinetron itu ya?” ask me
“iya”, she answer
Mendengarnya terasa sangat aneh. Berharap anak-anak didikanku dapat menjadi anak muda yang gak alay. #ups
Berharap mereka menjadi anak-anak yang sesungguhnya, sehingga dapat menjadi ‘dewasa’ yang sesungguhnya pula.  
Kasihan mereka ketika mereka tidak memiliki tontonan yang benar-benar mendidik.
Apakah perlu para boy atau girl band turun langsung menjadi pendidik bagi ‘mereka’?
Atau para guru yang perlu membentuk boy atau girl band sehingga ‘mereka’ mendapatkan pendidikan yang benar-benar mendidik?
Hhaaaa….gelo!!

Bukankah pendidikan akan berhasil ketika ada kerjasama yang baik dari berbagai pihak, tak terkecuali penghuni dunia hiburan. Wth

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger